Postingan

Menampilkan postingan dari Agustus, 2016
Transit di Dubai lumayan lama. Hampir lima jam. Tengah malam pula. Ngantuk tapi gak bisa tidur, karena nggak ada tempat tidur. Paling-paling di kursi. Tapi tetep aja gak bisa. Lagian kalaupun sengaja-sengaja di-tidurin, takutnya kebablasan. Giliran dipanggil-panggil gak denger, malah jadi berabe. Mending di tahan aja, sambil sesekali keliling. liat-liat souvenir. Tapi yang namanya di bandara, jajanan apapun pastilah mahal. Apalagi di Dubai. Wooww harganya selangit. Mestinya sih keluar airport, trus cari-cari deh. Tapi kan gak bisa, mesti ada visa. Untungnya dari maskapai penerbangan dapat voucher makan, lumayan menghemat pengeluaran. Banyak pilihan pula. Ehh ketemu lagi orang baik. Pas lagi makan, ternyata mereka memberikan dua box makanannya yang baru saja di beli. Tapi karena perut udah kenyang, dua box tersebut saya berikan ke pelayan. Lumayan buat makan malam mereka.  Hasil dari keliling cuma dapat kurma Madina. Paket ekslusif. Harga lumayan mahal. Tapi gak apa-apalah. Mudah-mud
Traveling to Brussels (12) - End Saya bukan penulis. Mungkin kalau saya penulis, saya akan bikin satu atau dua novel tentang perjalanan saya ke Brussels. Yang satu tema-nya tentang urusan dinas beserta konfliknya dan yang satunya lagi tentang plesirannya. Tapi sayangnya saya bukan penulis. Makanya saya selesaikan saja sampai episode ini tentang keberadaan saya di Belgia, walaupun judulnya traveling . Sejak selasa kemarin (16/8), bahan training banyak banget, ditambah lagi harus ngomongin masalah yang lain yang seharusnya management ikutan hadir. Soalnya ada nyinggung masalah cost.   17 Agustus juga harus masuk. Malah lebih ribet lagi. Para peng- gede  hadir. Mudah-mudahan ada lemburan. Lumayan. Tapi.... who knows? liat aja nanti. Sebenernya sih dari pertama kali tulisan ini dibuat -dari edisi pertama hingga saat ini- banyak yang belom diceritain. Padahal seru juga tuh. Nanti deh kalau sempet dan ada waktu luang, biar bisa agak konsen supaya tulisannya agak mendingan buat diba
Traveling to Brussels (11) Dua hari berturut-turut. Itu baru namanya jalan-jalan. Ya cuma jalan-jalan. Sampai tujuan, makan trus foto-foto sebentar. Done!. Tapi beneran, kelakukan udah kayak artis aja, cuma numpang makan siang. Bedanya, kalau artis mah diliput atau cari sensasi, cari rating acaranya dlsbg, kalau kami sih aji mumpung. Mumpung ada di negeri orang yang jauh dan baru pertama kali pula, ditambah lagi negara tetangga terasa begitu dekat dan tak perlu visa lagi, karena visa kami adalah visa schengen. Pokoknya dengan visa seperti itu kita bisa keluar masuk negara tetangga di Eropa tanpa harus apply visa lagi. Nah kesempatan itulah yang kami manfaatkan. Ternyata ongkos ke Paris atau ke Belanda atau ke Jerman itu nggak murah, makanya kami putuskan akhirnya sewa mobil. Lumayan buat 2 hari aja nggak sampai 200 Euro. Tambahan biaya cuma di Bensin aja. Dua kali isi bensin ke 3 tempat tersebut. Sebelum dikembalikan, mobil harus kembali diisi full tank seperti semula, jika tidak
Traveling to Belgium (10) Jadi juga kemaren jalan-jalan. Sebelumnya itung-itungan dulu buat ongkosnya. Ternyata kalau naik kereta cepat ke Prancis itu ongkosnya lumayan mahal. Bisa abis 300 Euro per orang. Blom lagi ongkos-ongkos lainnya untuk sampai di Menara Eifel.  Ya.. tujuan kita emang ke menara Eifel. itu kan icon-nya Prancis. Solusi terakhir adalah sewa mobil. Kami cabut ke Airport untuk sewa mobil. Beberapa tempat butuh booking beberapa hari sebelumnya dan tempat lain habis. Laris manis. Tau gak sebabnya.. ternyata hari senin besok tanggal 15 Agustus itu hari libur nasional di Belgium. Jadi ya maklum aja kalau penyewaan itu laris manis. Tapi untungnya dapat juga. Harganya terbilang tidak mahal. Tidak sampai 200 euro. Dan itupun buat 2 hari. Bayangkan !! Beda banget kalau harus naik kereta cepat. Yaa... emang sih, beda waktu perjalanannya jauh banget. Kalau naik kereta cepat kan sekitaran 1 jam udah sampe tujuan. Tapi kalau naik mobil bisa lebih dari 3 jam. Gak apa-apalah,
Traveling to Brussels (9) Ngapain ya hari ini ? Pertanyaan itu muncul begitu masuk kamar hotel. Tapi kali ini temen-temen ngajak makan di luar hotel. Persiapan harus matang nih. Biasalah. Dingin. Saya ada masalah dengan suhu dingin. Walau hari ini matahari mendelik kenceng banget, tapi tetep aja dingin. Sore ini suhunya udah naik sih 24 derajat, tapi sebentar lagi bakalan drop lagi. Anginnya itu loh. Bikin bulu kuduk berdiri... alias lama-lama bisa menggigil. Training hari ini mantap banget. Banyak informasi yang saya dapat dan masih muat di otak. Gak kayak kemaren, banyak tapi bikin mual. Too much theory ! Saya bisa simpulkan training di Singapur beberapa bulan lalu IS NOTHING ! gak ada apa-apanya untuk topik yang satu ini. Pantesan aja saya gak bisa implementasikan begitu balik Jakarta. Bos udah mulai uring-uringan, beberapa kontrak terhambat, dan lain-lain-lain-lain..... Tapi saya tetap jujur sama mereka, bahwa jika saya belum tahu betul jalannya system ini, maka saya 'ang
Traveling to Brussels (8) Pagi ini sarapan lebih awal. Jam 7. Beberapa menit aja selesai dan balik kamar.  Semalam saya melihat beberapa rombongan chek-in. Bukan rombongan ibu-ibu yang mau ziarah, tapi kayaknya sih mau plesiran. Soalnya banyak emak-emak. Sotoyy banget yaa... Kenapa saya bilang banyak emak-emak, karena satu rombongan sepertinya dari negeri Tiongkok, bisa jadi bukan dari sono sih. Tapi yang jelas mereka orang-orang dari etnis Tiongkok. Satu rombongan lagi bule-bule yang juga lebih banyak orang tua. Pagi ini, saat sarapan saya ngeliat mereka bergerombol menikmati sarapan. Rame banget. Nggak seperti biasanya.  Seorang ibu separuh baya duduk satu meja. Tanpa kata. Tanpa basa-basi. Tanpa ekspresi. langsung duduk aja itu ibu. Dan.... dia ambil makanan cuma sedikit. Sedikit lagi tumpah maksudnya alias buaannyaakk banget. Pengen jail sih tadinya, di poto dan sebarin ke group. Tapi itu bukan tabiat saja. Alhamdulillah niat 'jahat' itu gak terlaksana dan langsung le
Traveling to Brussels (7) Melelahkan ! Ya.. hari ini sungguh melelahkan. Mungkin karena semalam harus diskusi sampai tengah malam, ya beneran tengah malam, sampai jam 00:00, trus harus bangun lagi pagi-pagi buta. Ditambah lagi materi training hari ini banyak banget. Overload!. Rasanya mau meladak. Duaarrr....!!! Menu makanan hari inipun nggak banget. Babi semua!!. Sampai-sampai waiter geleng-geleng kepala. "No for you for today Sir" gitu katanya. Dia tahu kalau saya gak makan babi. Pork. Karena sejak awal saya udah bilang, saya tidak makan itu. Dia respek banget dan saya yakin dia menduga-duga saja kalau saya adalah Muslim, cuma nggak berani nanya. Maklum dia juga sibuk. Walau dia juga jenggotan, tapi sepertinya dia bukan muslim. Ya... itu cuma dugaan. Tapi kayaknya tepat deh. Jenggot tidak identik dengan Muslim, dan disini banyak banget yang jenggotnya lebat tapi bukan muslim. Tapi Muslim disunnahkan memanjangkan jenggot. Bukan berarti yang gak punya jenggot itu dosa. Bu
Traveling to Brussels (6) Bosen dengan makanan yang itu-itu aja di hotel, sementara lingkungan sekitar cuma ada hotel lain, maka semalam kami dinner  di hotel sebelah. Hotel Penta namanya. Ada beberapa hotel disini, dan sepertinya hotel ini memang dipertuntukkan untuk pengunjung yang lokasinya tidak jauh dari bandara sekitar kurang lebih 5 km. Tapi sayangnya tidak ada apa-apa di sekitaran hotel. Boro-boro pedagang asongan, yang pada mangkal pinggir jalan juga gak ada. Pokoknya susah deh kalau mau cari cemilan. Harus pergi ke pusat kota kalau jalan-jalan kuliner atau belanja, minimal cari-cari souvenir. Wuiiiss..... bener aja dugaan saya. Anginnya diingiiinnn buanggett..... padahal perjalanan ke hotel sebelah cuma gak sampai 100 meter. Tapi dinginnya gak nahan. Langkah kaki dipercepat, gak butuh tengok kiri-kanan. Lagian juga gak ada apa-apa. Sepi. Kayak kota mati. Semua orang berlindung dibalik dinding. Alias didalam hotel. Mungkin karena mereka tamu jadi buat apa keluyuran, sement
Traveling to Brussels (5) Apaan sih. Gak jelas banget. Jelek. Gak bermutu. Itu loh tulisan-tulisan sebelumnya, traveling ke Brussels 1-4. Maksain banget. Bahasanya gak rapi. Ulasannya simpang siur. Tapi ya begitulah. Terlalu pede jadinya norak .  Yup. Saya memang bukan penulis. Cuma iseng-iseng yang nggak berhadiah. Saya tuh nggak biasa dan nggak kayak kebanyakan orang yang doyan cerita pengalaman diri sendiri ke orang lain secara lisan (kecuali ada yang maksa nanya) dan dengan mimik yang bersemangat dan menggebu-gebu. Agak jarang banget buat bisa cerita sama orang lain. Sama keluarga aja juga kadang-kadang saya mah nggak suka cerita. Kalaupun ada paling yang sifatnya candaan. Yang lebih sering sih ceramahin  mereka, ngingetin, atau kalau kata orang jawa sih biar pada eling . Kalau lagi pengen ngomong banyak, ya di tulisan ini. Udah lama juga gak buka-buka blog ini. Palingan yang terakhir-akhir cuma copas. Cuma sekarang lagi ada kesempatan aja, ngisi waktu luang. Sambil nunggu w
Traveling to Brussels (4) Akhirnya si koper kembali ke pemiliknya. Mani jejingkrakan. Lucu juga ya orang India satu ini. Kemaren blingsatan sekarang jejingkrakan. Tapi mungkin saya juga akan demikian kali ya. Maklumlah di negara orang untuk waktu yang nggak sebentar sementara pakaian dan segala kebutuhan yang di simpan di koper malah berpisah. Ya wajar aja kalau ketemu girangnya bukan main. Kisah Rangga dan Cinta yang di AADC 2 sih lewat. Mereka, si Mani dan sang Koper begitu mesranya. Suitt... suitt... Kalau si Mani dan koper tidak bisa dipisahkan, lain halnya dengan saya. Saya masih belum menemukan yang saya idam-idamkan. Sudah masuk hari ketiga, masih belum ada tanda-tanda. Sepertinya saya harus berjalan lebih jauh lagi, tapi... waktunya sempit. Training disini memang sampai sore dan saya harus balik ke hotel buat sholat zhuhur, masih sempet. Dan nggak lama kemudian langsung sholat ashar. Trus ngerjain laporan dulu. Abis itu baru bisa jalan, itu juga kalau nggak cape dan temen-t
Traveling to Brussels (3) Dari pas landing di Brussels, saya terpaksa nahan pipis. Soalnya tiap kali masuk toilet si urinoir, itu loh tempat pipis laki-laki posisi berdiri, gak ada air buat cebok , kalo gak antri sih mungkin saya akan mundur dikit trus pas airnya keluar baru deh saya maju lagi, tapi kalau lagi antri kayaknya gak mungkin. Kok antri sih. Ya iyalah, ternyata pas abis keluar pesawat banyak juga yang pengen pipis di toilet dibandara, mungkin mereka juga gak nyaman kali kalo pipis di pesawat atau gak enak sama penumpang lain harus permisi dulu dan ganggu mereka, khusunya buat yang duduknya dekat sisi jendela. Nah saya, tiap kali naik pesawat selalu pilih duduk di sisi dekat jendela. Nikmati sensasinya. Lanjut lagi masalah pipis tadi, akhirnya saya cari ruangan tertutup yang ada closetnya, tapi sayang, selalu gak dapet. Tertutup rapat, dalam antrian juga, jadi saya batalin deh.  Akhirnya saya buru-buru cari taxi menuju hotel. Perjalanan dengan taxi cukup singkat. Tuh taxi
Traveling to Brussels (2) Alhamdulillah diberi kekuatan dan kesempatan buat curcol lagi. Sebelumnya sih curcolnya lebih ke masalah edisi tafakkur. Mikir. Merenung. Sedikit membandingkan antara antrian di dunia dengan di akherat kelak. Jujur, saya sering banget kepikiran yang kayak gitu. Mungkin faktor umur kali ya, yang makin lama lebih kepikiran masalah akherat. Kalau nggak sekarang ya kapan lagi. Jatah hidup sampai kapan juga gak tau. Tapi dalam doa terus-terusan minta supaya husnul khotimah.  Nah sekarang.... sedikit aja saya ceritain teman saya yang harus 'kehilangan' tas kopernya. Dibilang hilang sih kayaknya nggak juga, cuman belum ketemu aja. Ada sekitar 18 penumpang yang mengalami hal yang sama. Jadi kemungkinannya sih cuma salah tujuan aja. Kali aja tuh tas koper mau ngelancong sendiri. Hal ini sih biasa terjadi walau mungkin nggak sering-sering amat. Dan alhamdulillah nggak terjadi sama saya. Namanya Mani Kandan. Ia orang India dan bekerja di Saudi Ar
Traveling to Brussels (1) Kalau dibilang traveling sih nggak juga, karena ini cuma tugas kantor, tepatnya training. Mumpung tiba lebih awal dan bertepatan diakhir pekan, makanya ada sedikit waktu buat nulis lagi. Udah lama juga gak update halaman ini, apalagi yang terakhir-akhir cuma copas artikel aja dari berbagai sumber, itu saking malesnya, bukannya gak ada ide, tapi memang nggak nyempetin aja buat duduk tenang trus nulis. Tepatnya sih curcol. Oke, back to topic. Kemaren sempet bikin status di path langsung di share di fesbuk. Agak alay sih. Walau tiap kali update apapun jarang sekali yang komen atau cuma sekedar like. Ya wajar aja sih, soalnya saya sendiri juga jarang banget like apalagi komen sama status-status orang laen. Kecuali kalau itu bener-bener manfaat buat orang banyak baru deh saya like, komen atau share. Setidaknya ikut andil menyebarluaskan. Walau mungkin diantara yang sekian banyak yang di like bisa jadi ada yang cuma hoax alias berita yang tidak benar. Maafin ya