20 Agustus 2016

Traveling to Brussels (12) - End

Saya bukan penulis.
Mungkin kalau saya penulis, saya akan bikin satu atau dua novel tentang perjalanan saya ke Brussels. Yang satu tema-nya tentang urusan dinas beserta konfliknya dan yang satunya lagi tentang plesirannya.
Tapi sayangnya saya bukan penulis. Makanya saya selesaikan saja sampai episode ini tentang keberadaan saya di Belgia, walaupun judulnya traveling.

Sejak selasa kemarin (16/8), bahan training banyak banget, ditambah lagi harus ngomongin masalah yang lain yang seharusnya management ikutan hadir. Soalnya ada nyinggung masalah cost. 
17 Agustus juga harus masuk. Malah lebih ribet lagi. Para peng-gede hadir.
Mudah-mudahan ada lemburan. Lumayan. Tapi.... who knows? liat aja nanti.

Sebenernya sih dari pertama kali tulisan ini dibuat -dari edisi pertama hingga saat ini- banyak yang belom diceritain. Padahal seru juga tuh. Nanti deh kalau sempet dan ada waktu luang, biar bisa agak konsen supaya tulisannya agak mendingan buat dibaca dan nggak ngebosenin kayak gini. Apalagi isinya cuma narsis doang. Heehhh *tariknafas

Alhamdulillah, hari ini ketemu masjid buat jum'atan. Agak mepet sih datengnya. Tapi gak telat. Moskee Youssef Diegem namanya. Gak keliatan kayak mesjid. Juga gak ada tanda-tanda kalau itu masjid. Dari kantor langsung naik taksi. Lewat GPS diketahui bahwa lokasi tersebut adalah masjid. Turun. Tanya-tanya. Dan.... ketemu.
Jamaahnya gak banyak. Karena memang ruangannya gak besar. Mungkin sekitar 5 X 10 meter. Tapi jamaahnya padat. Khotbahnya pake bahasa arab. Oww... berasa di Mekah. Padahal belom pernah ke sana. InsyaAllah saya akan segera ke sana beserta keluarga. Aamiin. Alhamdulillah lagi, selesai jumatan ada jamaah yang menawarkan diri mengantar ke hotel. Lumayan jaraknya bisa sampai 5km. Namanya Muhammad, ia orang Marocco, sudah berkeluarga dan tinggal di Belgia selama 10 tahun. Sebelumnya saya memang tanya arah ke hotel. Tapi ternyata ia malah menawarkan untuk mengantarnya. Sungguh baik dan mulia akhlaqnya. InsyaAllah mudah-mudahan pertolongannya akan jadi penyebab ia masuk Surga, dan doa saya untuk diapun insyaAllah akan jadi penyebab saya akan selamat dunia akherat. Aamiin.

---

Sore hari, jalan-jalan lagi. Kali ini ke pusat kota Brussels. Liat patung Manneken Piss. Patung anak kecil telanjang yang lagi pipis. Tempatnya biasa aja sih, cuma karena patung itu jadi salah satu icon, makanya jadi rame. Entah siapa yang memulai mempopulerkannya. Disekelilingnya jadi hidup. Rame. Banyak yang jualan. 
Sebagian besar cuma lihat tuh patung dan foto-foto. Trus jajan deh. Woww... coklat disini banyak banget macamnya. Tapi.... mahal-mahal. Harganya fantastis untuk ukuran saya. Masa sih coklat kecil yang sekali telen aja bisa sampai 5 Euro. Mungkin ini udah jadi daerah wisata kali ya, makanya jadi mahal. Tapi memang coklatnya mantap. Saya cobain tester-nya. Beli satu pak aja cukup. Biar isteri dan anak-anak ikutan nyobain coklat mahal. Sebenarnya sih udah beli kemaren tapi yang harganya medium, walaupun tetep mahal sih. 
Oiya, kalau beli coklat di sini, atau mungkin disekitaran Eropa, jangan lupa tanya, apakah coklatnya mengandung alkohol atau tidak. Soalnya banyak juga coklat yang mengandung alkohol. Trus lagi, kalau yang warna-warni atau yang putih, itu sebenarnya bukan coklat, tapi dari bahan lain. Itu sih yang di bilang sama orang sini. Kalaupun mengandung cacao -bahan coklat- itu paling cuma sedikit sekali. Jadi yang namanya coklat itu ya warnanya coklat atau yang kehitam-hitaman.

--

Hari ini adalah malam terakhir di Belgia. Besok harus udah check-out. Go to Airport.
Malam yang sibuk. Sibuk packing. Tas koper membengkak. Bengkak dengan pakaian kotor yang tidak tertata rapi. 

Saya selalu berdoa, mudah-mudahan selamat sampai rumah.
Laa hawla wa laa quwwata illa billahil'aliyyil 'azhiim.

--

Tidak ada komentar:

Mohon Maaf

Assalamu'alaykum, Di hari yang mulia ini Di hari yang telah lalu dan yang akan datang Mohon maaf atas segala salah dan khilaf Mohon maaf...