Postingan

Menampilkan postingan dari Juli, 2019

Watawa showbil haq, watawa showbish shobr

Mengingatkan orang lain dalam hal kebaikan adalah kewajiban setiap orang. Gak perlu liat latar belakangnya. Gak perlu tahu agamanya. Gak mesti dari kalangan ningrat. Gak harus dari seorang yang punya jabatan tinggi. Jika itu baik, tidak melanggar norma dan adat, tidak bertentangan dalam urusan agama, apa salahnya sih terima kebaikan itu, walau berupa ucapan atau tulisan. Setidaknya diam sejenak, menyimak, atau sekedar mendengarkan. Jika itu baik buat kamu, kenapa mesti ragu untuk menerimanya. Dan kemudian mengamalkannya. Kita semua tahu Kita semua sadar Bahwa tidak semua orang bisa menerima masukan Bahwa tidak semua orang bisa menerima nasehat Bahwa tidak semua orang bisa diajak diskusi dalam kebaikan Pertanyaannya adalah, mau sampai kapan orang itu bersikap seperti itu?! Kadang kita mendengar orang yang ketika di nasehati untuk tidak berbuat yang tidak semestinya, ia bahkan malah menganggap kita sebagai orang munafik. Dengan lantang ia berkata, “

Nggak ribet kok

Brother and Sister all over the world. Saya mau ngingetin buat Bro and Sis dimana saja. Ini juga buat ngingetin saya juga tentunya. Isteri saya. Anak-anak saya. Ngingetin tentang penggunaan hape . Terutama untuk pemasangan wallpaper , atau juga picture profile baik di media sosial ataupun di aplikasi apapun yang ada di hape . Semua menyangkut masalah pemilihan atau pemasangan gambar islami, baik berupa gambar kaligrafi atau berupa doa, atau apapun yang didalamnya ada lafadz Allah, atau ayat-ayat Allah, atau hadist Nabi. Menjadi bagus, apabila memang berada pada tempat dan lokasi yang baik. Bisa jadi ini akan menunjukkan pada dunia (sekitar) bahwa kita adalah seorang Muslim (yang religius). Namun akan menjadi tidak bagus, bahkan terlarang, ketika kita membawa dan mengaktifkannya sehingga gambar atau tulisannya menjadi terbuka/terlihat jelas ketika berada di tempat terlarang, sebut saja toilet atau WC. Hal lainnya adalah nada dering atau nada pengingat (

Ngerumpiin ghibah, boleh kok

Ngerumpi ya ngerumpi Ghibah ya ghibah Ngerumpiin ghibah ? emang ada? Ahh aya aya wae . Menurut KBBI, ngerumpi adalah mengobrol sambil bergunjing dengan teman, biasanya dalam kelompok kecil. Sementara Ghibah adalah menyebutkan sesuatu yang terdapat pada diri orang lain, sedang ia tidak suka (jika hal itu disebutkan). Baik dalam keadaan soal jasmaninya, agamanya, kekayaannya, hatinya, akhlaqnya, bentuk lahiriyahnya dan sebagainya. Dari Abu Hurairah radhiyallahu ‘anhu, Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda, “Tahukah engkau apa itu ghibah?” Mereka menjawab, “Allah dan Rasul-Nya yang lebih tahu.” Ia berkata, “Engkau menyebutkan kejelekan saudaramu yang ia tidak suka untuk didengarkan orang lain.” Beliau ditanya, “Bagaimana jika yang disebutkan sesuai kenyataan?” Jawab Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam, “Jika sesuai kenyataan berarti engkau telah mengghibahnya. Jika tidak sesuai, berarti engkau telah memfitnahnya.” (HR. Muslim no. 2589). Dalam Al Adzka

It has been banned

Guys, You won't see me again on Facebook It has been banned. Since end of June 2019 I only had one account.  And it was real account. I joint to Facebook on April 2009. Woww, it is more than 10 years. Amazing !!. If someone claimed to be me or pretends to be me or using my profile, my picture etc., I guarantee it is NOT ME It is easy to create a new one But I have not decided yet to do that. If I am not mistaken, I have only 300 friends more or less in FB. Not much. but most of them (more than 90 percent) are really my friends. I know them well. And the rests are followers. Some of them are also followers on IG. :) I had two Fanpages First : Abbhie. it only has 110 followes more or less. All posts in FP Abbhie was my original writing. The second one is, I used the name of Owner of Pondok Pesantren in the Middle of Java. The Famous one. Sorry, I do not mention the name. But honestly, I created it for him and he knew it. I made him as an admin, but he refus

Maklumin aja. Namanya juga anak kecil (2)

Adzan berkumandang. Jelas terdengar. Tapi masih aja santai diluar masjid/musholla. Sambil ngobrol pula. Seakan gak mau kalah sama suara adzan. Ada juga yang sambil ngudut . “lagi nanggung” katanya. Perlu ditegur. Diingatkan. Dengan cara baik dan santun tentunya. Serta penuh kehati-hatian. Biasanya orang kayak gini sensinya tinggi banget. Ibarat kata, ‘ senggol dikit gw bacok’ . Kalau ketemu yang kayak gini jangan ambil hati. Biar hati plong. Maklumin aja. Namanya juga anak kecil. Didalam masjid/musholla, orang-orang pada sholat sunnah, nunggu iqomat, ehh masih aja ngobrol. Kalo pake “ sssttt… ” gak mempan, liat ke mukanya, trus senyumin aja. Biar hati plong. Maklumin aja. Namanya juga anak kecil. Didalam masjid/musholla, orang-orang pada dzikir nunggu iqomat, ehh dia masih sibuk main hape. Bukan sekedar ketak-ketik, chatting , tapi sampe telponan. Biar hati plong. Maklumin aja. Namanya juga anak kecil. Masih didalam masjid/musholla, iqomat sudah selesai dikumandangkan, i

Maklumin aja. Namanya juga anak kecil (1)

Anak kecil. Kelakuannya aneh-aneh. Bisa juga diluar dugaan. Bisa salah. Bisa benar. Namun mereka selalu menganggap benar. Tidak ada yang salah. Dan tidak pernah salah. Karena bagi mereka tidak ada salah dan tidak ada benar. Mereka melakukan sesuka hati. --- Diajarin tiap saat, tapi tetap mengulangi kesalahannya; yang sebenarnya dia tidak tahu kalau itu adalah sebuah kesalahan. Maklumin aja. Namanya juga anak kecil. Dikasih tahu, tetap tidak mau tahu. Maunya tempe. Keukeuh ada pendiriannya. Jika pendiriannya memang berdasarkan nalar yang benar, ya bagus. Yang jadi masalah adalah ia tidak tahu kalau pendiriannya itu benar atau tidak benar. Kadang ketika kita koreksi atas pendiriannya yang tidak benar, ia manggut-manggut layaknya orang yang paham dan mengerti permasalahan, namun setelah itu ia tetap pada pendiriannya. Maklumin aja. Namanya juga anak kecil. Hari ini kita tunjukkan sesuatu yang benar, dan syukur alhamdulillah ia bisa menjalankannya sepanjang hari ini. Be

Your secret admirer

Posting tentang dakwah, dibilang sok suci, sok alim. Posting tentang tausiah, dibilang “Ceramahin diri sendiri dulu sebelum ceramahin orang” Posting tentang politik, cuma karena beda pilihan, ehh di serbu buzzer bayaran, di laporin, di banned. Upload makanan gak boleh, katanya tidak ber-empati sama orang susah. Kasian kan mereka yang miskin, yang buat makan aja susah, ehh harus lihat postingan yang isinya makanan melulu. Hmmm, apa iya orang miskin yang buat makan aja susah terus bela-belain beli kuota buat liatin potingan orang-orang..?! mending duitnya buat beli makan kali ya. Share lokasi wisata, dibilangnya pamer, sok kaya. Orang kaya aja gak gitu-gitu amat. Share tempat sholat dibilang sok agamis. Upload foto anak kecil, yang lagi lucu-lucunya, dibilangnya eksploitasi anak. Upload foto anak yang udah agak gede-an, dibilangnya apalah gitu. Gak ngenakin . Upload foto anak berprestasi, dibilang pamer. Upload foto sendirian, selfi, dibilang “kesian deh, keluar

“Sorry ya Bro, gw gak like"

“Sorry ya Bro, gw gak like ” Begitu personal chat yang dikirim oleh seorang teman, ketika postingan saya yang menurutnya agak keras. Biasanya tentang politik atau kritikan terhadap kelompok tertentu, atau tentang dakwah yang kontennya tidak meng-enakkan hatinya, padahal disertai dalil-dalil yang jelas yang sudah menjadi keputusan jumhur atau bisa jadi tentang sesuatu hal yang kalau dia berikan ‘ like ’ maka takut dianggap sebagai pendukungnya dimana komunitasnya atau orang-orang yang berada didekatnya adalah kelompok ‘semacam’ liberal yang maunya bebas berekspresi sesuai dengan kehendak hatinya. Aneh memang. Berada atau sudah terpengaruh dengan pemikiran liberal dimana kebebasan adalah jalan hidupnya namun membatasi kebebasan orang lain dalam berekspresi atau   menyampaikan pendapat. Jujur ya pren, gw gak butuh banyak like . Juga gak butuh banyak yang komen. Udah kebaca aja sama orang lain udah bersyukur. Mudah-mudahan jadi ladang amal. Setidaknya sebenarnya itu juga

Tuhan 9 cm berkepala api

Puisi karya Taufik Ismail Indonesia adalah sorga luar biasa ramah bagi perokok, tapi tempat siksa tak tertahankan bagi orang yang tak merokok, Di sawah petani merokok, di pabrik pekerja merokok, di kantor pegawai merokok, di kabinet menteri merokok, di reses parlemen anggota DPR merokok, di Mahkamah Agung yang bergaun toga merokok, hansip-bintara- perwira nongkrong merokok, di perkebunan pemetik buah kopi merokok, di perahu nelayan penjaring ikan merokok, di pabrik petasan pemilik modalnya merokok, di pekuburan sebelum masuk kubur orang merokok, Indonesia adalah semacam firdaus-jannatu-na’im sangat ramah bagi perokok, tapi tempat siksa kubur hidup-hidup bagi orang yang tak merokok, Di balik pagar SMU murid-murid mencuri-curi merokok, di ruang kepala sekolah ada guru merokok, di kampus mahasiswa merokok, di ruang kuliah dosen merokok, di rapat POMG orang tua murid merokok, di perpustakaan kecamatan ada siswa bertanya apakah ada buku tuntunan cara merokok,