Postingan

Menampilkan postingan dari April, 2019

Kiyeu wae, ngenah...

“Maneh mah ulah hayang jadi Kyai, sok di pihukum ku batur. Kiyeu wae, ngenah” Begitulah kata yang keluar dari lisan seorang Kyai pimpinan dan pengasuh pondok pesantren yang didirikannya di wilayah Bogor. Ketika itu saya baru beranjak dewasa, sudah makin kritis.  Beliau adalah KH. Abdul Salam. Masih ada hubungan saudara. Saya memanggilnya dengan sebutan Kang Haji. Akang yang berarti kakak dalam bahasa Sunda. Ya, beliau adalah kakak saya, anak dari uwak saya. “Kamu gak usah kepengen jadi Kyai, suka dijadikan hukum sama orang lain” begitu kira-kira artinya. Dari penjelasannya yang panjang lebar, mengertilah saya apa yang dimaksudkan oleh Kang Haji. Seseorang yang ‘diberi’ gelar Kyai oleh masyarakat setempat, punya beban tanggungjawab yang sangat berat. Setiap gerak langkahnya akan ditiru oleh orang lain dan dijadikan dalil bagi orang lain untuk mengikutinya. Setiap ucapannya adalah bahasa hukum yang harus dipatuhi oleh orang lain. Dengan kata lain, menjadi seorang (yang diberi gelar)