16 Agustus 2016

Traveling to Brussels (11)

Dua hari berturut-turut. Itu baru namanya jalan-jalan. Ya cuma jalan-jalan. Sampai tujuan, makan trus foto-foto sebentar. Done!.
Tapi beneran, kelakukan udah kayak artis aja, cuma numpang makan siang. Bedanya, kalau artis mah diliput atau cari sensasi, cari rating acaranya dlsbg, kalau kami sih aji mumpung. Mumpung ada di negeri orang yang jauh dan baru pertama kali pula, ditambah lagi negara tetangga terasa begitu dekat dan tak perlu visa lagi, karena visa kami adalah visa schengen. Pokoknya dengan visa seperti itu kita bisa keluar masuk negara tetangga di Eropa tanpa harus apply visa lagi. Nah kesempatan itulah yang kami manfaatkan.

Ternyata ongkos ke Paris atau ke Belanda atau ke Jerman itu nggak murah, makanya kami putuskan akhirnya sewa mobil. Lumayan buat 2 hari aja nggak sampai 200 Euro. Tambahan biaya cuma di Bensin aja. Dua kali isi bensin ke 3 tempat tersebut. Sebelum dikembalikan, mobil harus kembali diisi full tank seperti semula, jika tidak maka akan kena pinalty. Pinalty nya sih cuma seharga bensin full, gak lebih.

Hari sabtu abis sarapan, langsung cabut ke Paris. Nggak banyak yang dikunjungi di sana. Tujuannya cuma satu. Menara Eifel. Dua teman saya sebelumnya tidak tau apa itu Eifel. Mereka cuma nyebut dengan Tower. Itu saja. Padahal -menurut saya- tempat itu terkenal, aneh juga kalau mereka tidak tau namanya. Makanya akhirnya begitu sampai disana, saya coba rekam aja di video, dan upload ke Instagram.
Saya sih nggak surprise begitu mendarat disana. Biasa aja. Nggak norak-norak amat. Karena saya sebenarnya nggak suka plesiran. Jadi nggak perlu jejingkrakan. Gak penting dan nggak senorak itu. Bener-bener biasa aja. Kayak orang yang udah sering aja ke sana.

Disini, di sekitaran Menara Eifel, banyak pedagang asongan keliling. Jual souvenir. Miniatur menara Eifel. Sama seperti di Indonesia pada umumnya, kadang-kadang mereka memberikan harga yang fantastis. Jadi perlu ada keahlian menawar. Saya tidak perlu mendekati mereka, dan jika merekapun mendekat, saya berlagak tidak butuh, padahal sih butuh, buat oleh-oleh. Tapi ya itu tadi. Nggak ada waktu banyak.

Datang. Parkir. Makan siang, dan langsung meluncur ke Menara. Deket sih parkiran sama menara. Ya memang di sekitaran situlah. 
Cuaca panas, matahari bener-bener mendelik tapi anehnya bagi saya tetep sejuk, karena anginnya agak kenceng. Anginnya itu loh yang dingin. Antrian yang panjang gak bikin saya keringetan. Biasa aja. Dan kalau saya perhatiin, yang lainpun sama, semuanya malah, gak keringetan tuh. Gak ada yang keliatan kipas-kipas. Dan antriannya rapi, teratur dan tidak berisik. Agak beda banget sih kalau masalah ini sama di Indonesia. Kita bisa niru nih budaya kayak gini.

Bayar tiket. Trus naik deh. Naik elevator ke level pertama.
Baru level pertama aja, pemandangan sekitaran kota Paris terlihat nyata, jelas. Keliling sebentar. Foto-foto. Trus antri lagi untuk naik ke level berikutnya. Gak tau sih ada berapa level. Gak nanya juga. Tapi akhirnya dibatalin. Antriannya panjang juga ternyata. Masalah waktu. Itu aja. Makanya ke Menara Eifel cuma mau tau aja kayak apa. Dan kebetulan yang lainpun tidak ambisius harus sampai puncak. Akhirnya kami putuskan untuk balik.

Fasilitas GPS yang ada di mobil sewaan sangat membantu perjalanan kami, jadi nggak kesasar. 

Yang agak keren sih hari kedua, yaitu hari minggu. Bayangin aja dalam satu hari kami makan di tiga negara berbeda. Pagi sarapan di Belgia, tempat kami menginap. Siang kami makan di Nederlands, Belanda. Dan makan malam di Koln, Jerman. Keren kan.
Biasanya omongan model gini sering saya dengar dari teman-teman dikantor, pagi mereka di Singapur, siang di Belanda, sore mampir ke India dan malam di Thailand dan ke Australia. Tapi itu semua kedutaan besar. Ya.. klien kami di Jakarta banyak kedutaan besar. Jika kita tidak tau pekerjaan mereka, maka mereka yang mendengar percakapannya akan berfikir bahwa mereka adalah orang yang kaya raya atau mungkin setingkat pejabat padahal negara-negara yang disebut tersebut adalah kedutaan besar yang ada di Jakarta yang letaknya berdekatan, bahkan bersebelahan. Tapi untuk saya kali ini adalah berita nyata. **agak norak deh. Bisa makan di tiga negara dalam satu hari.

Di Nederlands, sepanjang mata memandang, mereka bersepeda. Saya tidak pernah melihat ini sebelumnya dimanapun walau lewat televisi. di Yogyakarta atau daerah jawa tengah yang katanya banyak orang bersepeda masih kalah jauh. Jauuuh sekali. Mereka banyak sekali. Hampir sepanjang jalan kami melihat parkiran sepeda. Berjubel. Belum lagi mereka yang lalu lalang. Saya tidak melihat motor melintas. Mungkin hanya satu atau dua saja. Tapi sepeda.... wow buanyak banget. Trem juga ada, sama seperti di Belgia. Tapi anehnya saya merasa datang dari masa depan. Ya. Seperti Jakarta tempo doeloe. Itu juga kalau saya lihat di film dokumenter. Hampir persis sama. Gedung-gedungnya kayak di kota tua. Ada Trem. Banyak sepeda. Pengendaranya pun beraneka macam dan ragam, dari yang berpakaian biasa, pakaian olahraga, Jas formal, gaun seperti gaun pengantin dll. Tadinya saya pikir saat itu sedang ada acara or event or apalah yang berkaitan dengan sepeda, tapi ternyata tidak. Itu memang keseharian mereka. Tapi ya itu tadi, bener-bener takjub. Gak salah teman saya saranin saya kesana. Dua teman saya memang tinggal di Belanda. Saya gak tau alamat lengkapnya. Sebelumnya kepikiran untuk mampir, tapi gak lah. Masalah waktu. Ditambah lagi saya kan sama dua orang teman, si Jacky dari Hong Kong dan Mani Kandan dari Saudi Arabia kebangsaan India. Bisa-bisa ngerepotin. Dua orang itu punya karakter yang sama, Keras. Mau menang sendiri. Kalau mereka debat, mereka keukeuh sama pendapatnya. Tapi dengan kelemahlembutan saya, mereka semua ngalah. Keras tak perlu dilawan dengan keras.

Makan siang dan jalan-jalan sebentar. Lihat sekitaran. Air kali disini juga nggak jernih-jernih amat, tapi tidak terlihat ada sampah. Dan dijadikan juga sebagai objek wisata. Banyak perahu lalu lalang. Seru juga sih. Tapi saya tetep cool kok. Nggak norak.

Abis itu langsung cao ke jerman. Kali ini memang tidak direncanakan sebelumnya. Sebenarnya sih cuma ikutin guyonan saya sehari sebelumnya. Saat makan siang di Paris, saya bilang ke mereka, gimana kalau besok kita makan siang di Belanda dan makan malam di Jerman. Guyonan itu ternyata diikutin sama mereka. Cuma bedanya waktu ke Belanda sayalah yang menentukan tempatnya, karena mereka tidak tau harus kemana, sedangkan ketika ke Jerman, mereka hanya melihat peta, cari rute yang bagus buat pulang ke Belgia. Dan Wallaa... akhirnya kami putuskan ke Koln. Gak banyak waktu kami disana. Lihat-lihat sekitar, foto sana sini, makan dan pulang. itu aja. 
Nggak menarik ya..?
Bagi saya sih menarik. Perjalanannya itu loh. Fantastik. Amazing.
Kalau kata orang bijak sih, yang penting itu the journey bukan destination. Untuk urusan dunia, ya itu bagus. Untuk urusan akherat, tujuan akhir itu sangat penting. Makanya sepanjang perjalanan saya mengawalnya dengan zikir. Satu saat bengong, saya dapet deh satu cerita unik dan saya upload ke fesbuk. Banyak yang tertipu. Tapi ya itulah medsos. Kalau saya bikin status serius, gak ada tuh yang like apalagi komen, tapi kalau urusan iseng-iseng mereka antusias. Ya begitulah. Gak usah dipikirin. Yang penting pesannya sampai.

Abis itu pulang deh. Kembali ke hotel tanpa mampir-mampir lagi. Cape. dan langsung masuk kamar. Mandi. Sholat. dan tidur.

Hari ini sebenarnya adalah hari libur di Belgia dan sekitarnya. Sepi. Tapi harus ngantor. Banyak yang dikerjakan. Tapi nggak sampai sore seperti biasanya. Cuma setengah hari. Tadinya mau ajak teman-teman untuk jalan-jalan di seputaran Belgia, cari coklat. Banyak yang pesen coklat soalnya. Tapi nampaknya mereka lelah. Ya sudah. Masuk kamar dan buat laporan. Sama nulis curhatan ini deh.

Buat temen-temen yang ada kesempatan main ke Eropa, entah itu sekedar liburan atau tugas, untuk menghemat ongkos ya sewa mobil aja. Syaratnya ya harus punya SIM internasional dan bisa nyetir tentunya. Bisa kesana kemari sesuka hati. Tapi satu hal. Parkirnya mahal.

Saya masih tetep berharap dan terus berdoa supaya saya dan keluarga bisa ke Mekah dan Madinah, dua kota suci untuk menyempurnakan rukun Islam. InsyaAllah.



__




Tidak ada komentar:

Mohon Maaf

Assalamu'alaykum, Di hari yang mulia ini Di hari yang telah lalu dan yang akan datang Mohon maaf atas segala salah dan khilaf Mohon maaf...