28 November 2017

Tanggal lahirku

Selamat yaa...
Panjang umur yaa...
Sukses yaa....
Selalu sehat yaa...
Berkah yaa...

Sepotong kata-kata yang diucapkan oleh saudara-saudari dan kerabat ku untuk mengekspresikan kegembiraan pada hari kelahiranku.
Semua terlihat senang
Semua terlihat bahagia
Semua mendoakan
Mendoakan yang baik-baik

Sepotong kata yang dapat menjawab semua ungkapan kegembiraan dan doa. 
Aamiin.
Semoga Allah mengabulkan doa-doa kalian.
Semoga Allah mengabulkan doa-doa kita.

Teman..
Sahabat..
Saudara-saudari ku

28 Nopember
Memang benar, tanggal ini tercatat sebagai tanggal kelahiranku.
Ia tercatat dalam akta kelahiran, kartu keluarga, KTP, SIM dan pasporku.
Memang benar, ada sebersit kebahagiaan dihatiku atas perhatian dan doa-doa kalian
Dan terus menerus aku meng-aamiin kan doa kalian
Semoga Allah menyegerakan mengabulkannya.

Namun demikian...
Ada terbersit ingatanku ke masa lampau ku
Pada tanggal yang sama
Ditengah malam
Di akhir bulan Romadhon
Ketika sebagian besar kaum muslimin dan muslimat baru saja terjaga
Terbangun dari tidurnya untuk bersantap sahur
Ketika sebagian lainnya melantunkan ayat-ayat suci Al Qur'an
Ketika Abah (begitu aku memanggil bapakku) sedang bertadarus
Disaat itulah ibuku berjuang dengan sekuat tenaga
Mempertaruhkan nyawanya, dalam lemah raganya
Demi menyelamatkan aku

Ibuku berkisah, begitu berat dan sulit saat melahirkanku
Begitu banyak darah yang menyembur keluar
Pendarahan yang tak henti-hentinya
Di dalam kamar rumah sederhana kami
Berlantaikan tanah
Berdindingkan bata merah
Ditengah gelapnya malam
Ditemani alunan ayat-ayat suci Al Qur'an
Yang samar terdengar dari surau, langgar, musholla dan masjid sekitar
Diiringi doa dari Abahku
Atas kuasa Allah, lahirlah aku.

Ya...
Saat itu, saat aku dilahirkan
Tidak di rumah sakit bersalin
Apalagi rumah sakit besar
Tidak juga ditangani oleh dokter
Tidak juga dengan bidan
Hanya sesosok perempuan yang kami sebut dengan 'dukun' beranak
Yang keahliannya kami anggap jauh melebihi profesional karena pengalamannya
Hanya didalam kamar rumah kami
Hanya ditemani lampu templok
Tanpa listrik
Tidak gelap
Tidak juga terang benderang

Suara indah adzan Abahku
Bergema di kedua telingaku
Menambah syahdu malam Ramadhan saat itu

Tangisan sang bayi menghentikan sejenak sahur para tetangga
Sebagian bergegas datang berkunjung sebelum waktu subuh tiba
Mereka berdoa, memberikan semangat, mentransfer energi positif mereka kepada ibuku yang terlihat sangat lemah.
Bisa jadi, jika kejadian itu terjadi saat ini, saat dunia kedokteran sudah semakin canggih, bisa dipastikan ibuku akan mendapatkan tranfusi darah beberapa liter.
Namun Allah-lah yang punya kehendak.


Rabb,
Aku bermohon hanya kepada-Mu
Aku sangat bermohon
Ampuni ibuku
Ampuni Abahku
Ampuni keduanya
Perjuangan mereka begitu berat
Perjuangan mereka begitu besar bagi kami
Hanya surga yang pantas buat mereka

Rabb,
Sungguh, aku bersimpuh kepada Mu
Ampuni mereka

Alfatihah..

"Robbighfirlii waliwalidayya warhamhuma kamaa robbayaaniishoghiroo"





_





Munajat pagiku

Alhamdulillah
Kau masih beri kesempatan pada hamba-Mu yang penuh dengan dosa ini untuk masih bisa menghirup udara hari ini.
Kau masih beri kesempatan pada hamba-Mu ini untuk bermunajat
Kau masih beri kesempatan pada hamba-Mu untuk bertobat.

Rabb,
Terimalah tobat hamba-Mu ini.
Tak ada tempat bagi hamba untuk minta pertolongan selain hanya kepada-Mu
Tak ada yang bisa mengampuni dosa-dosa hamba selain Engkau

Rabb, terimalah tobat hamba
Begitu banyak dosa dan kesalahan yang telah hamba buat
Hingga hamba tak lagi sanggup untuk menghitungnya
Ampuni Yaa Rabb
Berikan kekuatan pada hamba agar selalu istiqomah dalam tobat
Berikan kekuatan pada hamba agar selalu istiqomah dalam taat
Jauhkan hamba dari apapun yang bisa mengarahkan hamba pada kemaksiatan dan dosa

Rabb, Engkaulah yang berkuasa atas segala sesuatu
Takdirkan hamba sebagai salah satu dari hamba-hamba Mu yang selamat
Di dunia dan di akherat

Rabb,
Tanggal hari ini, tercatat sebagai tanggal kelahiran hamba
Setidaknya itulah yang tercatat pada akta lahir hamba
pada kartu keluarga hamba
pada kartu pengenal hamba
pada SIM hamba
pada paspor hamba
Anugerah yang sangat besar yang Engkau karuniakan kepada hamba sebuah kehidupan
Agar hamba bisa mengabdi pada Mu
Pada orang tua hamba
Pada guru-guru hamba
Pada siapapun

Rabb, jadikan hamba sebagai hamba yang bermanfaat bagi seluruh umat
Jangan jadikan hamba sebagai penghambat umat yang ingin mendekat kepada Mu

Rabb,
Ampuni apapun kesalahan hamba
Sebesar apapun dosa hamba
Hapuslah segala catatan buruk hamba
Hingga hamba menjadi manusia yang selamat di dunia dan di akherat

Rabb,
Ampuni apapun dosa dan kesalahan kedua orangtua hamba
Mulyakan keduanya
Jadikan kuburnya sebagai taman dari taman-taman surga Mu

Rabb,
Ampuni dosa dan kesalahan istri dan anak-anak hamba
Ampuni dosa dan kesalahan saudara-saudara hamba
Ampuni dosa dan kesalahan mertua hamba beserta anak-anaknya
Ampuni dosa dan kesalahan guru-guru hamba
Ampuni kami Yaa Robb,

Terimalah sekecil apapun amal-amal kami
Jadian sekecil apapun amal-amal kami sebagai penyebab ke ridho-an Mu
Hingga Kau masukkan kami kedalam surga Mu

Rabb,
Sesungguhnya Enggkau Maha mengabulkan segala doa dan pinta
Kabulkanlah Yaa Allah Yaa Robbal 'Aalamiin

Rabbanaa aatiina fiddun yaa hasanah
Wa fil akhiroti hasanah wa qinaa 'adzaabannar

_




22 November 2017

Pada akhirnya....

Baru saja lewat satu minggu saya menulis tentang mati sebelum mati. Kisah tentang orang tua yang 'terpaksa' meninggalkan dunia tanpa disaksikan oleh anak-anaknya. Minggu lalu, sang istri (seorang ibu tua yang memang sedang sakit), menyusul sang suami. Tak perlu saya cari tau bagaimana kepergiannya. Anak-anaknya bergegas menuju pembaringan terakhir sang ibu, namun sebagaimana ketika sang ayah meninggal, merekapun hanya menjumpai gundukan tanah yang masih basah bertabur bunga.

Ibu yang seharusnya ditemani, terlebih ia masih berduka ketika ditinggal suaminya. Orang yang hidup bersamanya puluhan tahun. Duka itu bertambah berat ketika harus ia tanggung sendirian tanpa anak disisinya yang diharapkan dapat menghibur hatinya. Pedih. Perih. Tak sanggup aku mendengar kisahnya. Tak sanggup aku untuk membayangkannya. 

Tangis sang anak yang katanya cinta pada orangtuanya hanya sebatas meneteskan air mata. Tak meresap didalam kalbunya. Tak perlulah beralasan macam-macam. Kini kedua orangtuanya telah meninggalkan mereka untuk selama-lamanya.
Tak terbayangkankah bagaimana jika kelak diperlakukan sama oleh anak-anak mereka ?!
Sanggupkah mereka mengarungi hidup dihari tua tanpa dipedulikan oleh anak-anaknya yang punya urusan (dunia) masing-masing sebagaimana alasanmu pada orangtuamu ?!

Harta. 
Perebutkanlah.
Bagikanlah.
Setelah itu, pulanglah kalian masing-masing pada kehidupanmu.
Berjaga-jagalah, karena kelak jika umurmu panjang, masa tuamu telah menunggu.
Bersiaplah untuk hidup mandiri sebagaimana orangtuamu mandiri tanpamu.
Kamu kelak akan tahu, bahwa bukan biaya hidup saja yang dibutuhkan dihari tuamu.
Kedekatan dengan anak cucumu lah yang membahagiakanmu.

Perlu juga kamu untuk kamu ketahui, walaupun kedua orangtuamu telah tiada, mereka masih membutuhkanmu. Membutuhkan doa-doamu. Membutuhkan sedekahmu. Membutuhkan kamu mengajarkan anak-anakmu agar tidak menelantarkanmu.

_

Hasad : Negatif thingking

Jika terus melatih hasad atau sifat dengki, maka semakin lihailah kita mendengki seseorang. Negative thinking alias berfikiran selalu negatif akan menjadi bagian dari kehidupannya. 

Berfikir negatif itu berkolaborasi dengan sifat dengki atau sebaliknya. Keduanya saling dukung mendukung. Jangan samakan antara berfikir negatif dengan kewaspadaan. Beda jauh masbro ! Waspada itu tidak selalu harus berfikir negatif. Begitu pula berfikir negatif itu bukanlah cara untuk waspada.

Berikut adalah kejadian-kejadian yang bisa dikatagorikan sebagai berfikir negatif dan juga hasad alias mendengki.

"Kenapa sih di telpon tidak diangkat ?, takut ya ?!, menghindar ya ?!, merasa bukan jam kerja ya ?, sengaja di silent ya ? "
Padahal bisa jadi kenapa orang itu tidak mengangkat telpon, misalnya, mungkin sedang berkendara, mungkin tidak terdengar, mungkin telpon tidak dibawa ketika ke toilet, mungkin sedang tidur, mungkin sedang ada tamu sehingga tidak mengangkat atau menerima telpon karena menghormati tamu, mungkin sedang sibuk, atau mungkin memang tidak ada telpon masuk karena si penelpon ternyata salah nomor. Mungkin aja kan ?! coba deh berfikiran positif, toh kamu juga pernah seperti itu. 

"Kenapa sih ada orang yang senengnya selfi trus ?, mau pamer ya kalau kamu bisa jalan-jalan terus ?, mau bikin orang lain iri ya?, mau nunjukkin kalau kamu sukses ya?, mau ngasih tau orang kalau kamu orang kaya ya?, udah ngerasa jadi artis beken ya?"

Trus... kalau memang alasannya seperti itu, trus kenapa ? ada masalah ? iri ? atau karena kamu masih miskin ? 

Kalau dijawab kayak gini, maka terjadilah perang. Bertengkarlah terus mereka. Saling sindirlah pada akhirnya. Klimaks nya putuslah pertemanan.

Seandainyapun ada orang yang selfi alias foto-foto terus diupload, kalau kamu mau tahu alasannya, ya tanyalah baik-baik apa motifasinya, bisa jadi kan karena ekspresi kesenangannya saja, atau mau menyimpan semua kenangannya di medsos, atau mau menginformasikan bahwa dirinya sedang berlibur, jadi harap dimaklum kalau tidak menerima telpon seperti kejadian diatas, atau alasan lainnya yang sebenarnya tidak ada urusan dengan orang lain. Suka-sukanya lah, sebagaimana suka-suka kamu bagaimana cara mengekspresikan diri. Latih dong berfikir positif.

Kalau terus menerus melatih sifat dengki, maka berfikir negatif lah pada setiap keadaan. 
Apapun yang tidak berkenan dihati, maka jadilah ia bahan bully-an, jadilah ia cerita tiada akhir, jadilah ia semakin tersiksa batinnya.

Sudahlah... 
Sudahilah.





21 November 2017

Agnostik - Atheis

"Kemudian saya bertanya, kalau hidupmu sudah sebaik ini tanpa agama, lalu kenapa kamu ingin mencari Tuhan dan ingin memiliki agama?" (Rina Nose)

Jika memang benar kutipan tulisan diatas adalah hasil pemikirannya berdasarkan 'hasil pantauannya' selama dua hari di Jepang, maka hasil pemikirannya mengarahkannya pada pemahaman Agnostik bahkan cenderung menjadi atheis.

Agnostik adalah orang yang memiliki pandangan bahwa ada atau tidak adanya Tuhan tidak dapat diketahui, sedangkan Atheis lebih kepada sikap dan tindakan terhadap keberadaan Tuhan.

Pola pikir Agnostik atau atheis, sudah mulai merambah pada generasi muda. Saya tidak bisa menghitung berapa jumlahnya, karena saya memang belum pernah melakukan survey. Namun setidaknya saya pernah mendengar langsung dari seorang teman bahwa dirinya menyebut menganut paham agnostik. 
"Saya percaya ada Tuhan, tapi saya tidak terikat pada satu agamapun", begitu kira-kira penyataannya pada saat itu. Teman saya itu sebenarnya seorang yang beragama islam, namun seiring perjalanan, selain jauh dari orang tua, dan seringnya meninggalkan kewajiban agama serta bergaul dengan orang-orang yang juga menyepelekan aturan agama, maka lambat laun pola pikirnya berubah dengan sendirinya. Mengedepankan dan menginginkan kebebasan. Pola pikirnya menjadi liar dan membenarkan apa dianggapnya benar menurut nalarnya. Menjadi baik adalah lebih baik walau tanpa agama, begitu kira-kira salah satu pikirannya. Nyaris persis sama seperti yang diutarakan oleh Rina Nose. Namun keyakinannya pada adanya Tuhan masih ada. Ditambah lagi teman saya itu punya pasangan yang berasal dari pemahaman agama yang berbeda. Jadilah ia semakin membenarkan pilihannya, menuhankan pikirannya. Sementara agama melarangnya untuk terus berhubungan bahkan melanjutkan ke jenjang pernikahan.

Jika pemikiran seperti ini, disampaikan dan dipublikasikan oleh seorang publik figur pada ranah publik pula, maka akan berdampak dahsyat sekali. Akan cepat menjalar pada manusia-manusia yang memang pada asalnya memang malas dan enggan menjalankan perintah agama. 
Tak dapat dipungkiri para pengekor pemikiran ini akan mentransfer dosa-dosanya pada sang idola tanpa mengurangi sedikitpun dosa yang ditanggungnya.

Beberapa berpendapat bahwa, mereka yang secara lisan (ataupun tulisan) menyatakan pemikiran seperti ini atau secara terang-terangan menyatakan sebagai penganut agnostik, maka ia sesungguhnya telah murtad, keluar dari agama Islam.
#Nauzubillahimindzalik.

_

13 November 2017

Mati sebelum mati

Pernah dong denger istilah, jika orang tua kaya maka anak jadi raja, namun jika anak kaya maka orang tua jadi penjaga (baca : pembantu).
Gak salah sih istilah itu, karena kebanyakannya ya seperti itu, walau ada sebagian anak tetap memulyakan orangtuanya, apapun keadaannya.

Beberapa saat yang lalu saya mendengar cerita dari seorang teman baru saja ditinggal pergi ayahnya untuk selamanya. Usia ayahnya sudah cukup tua. Ia tinggal bersama istrinya, yang juga sudah tua. Lebih dari 80 tahun usianya. Usia dimana butuh perhatian lebih dari orang yang jauh lebih muda, yang lebih cekatan, yang lebih sigap, yang bisa menyediakan kebutuhan sehari-harinya. Namun sayangnya ke 5 anaknya semua berada jauh dari meraka. Anak-anak mereka tinggal di ibukota dan sekitarnya, sementara mereka berdua tinggal lebih dari 500 kilometer jaraknya.

Bagi saya, kisah meninggalnya sang ayah cukup memprihatinkan. Ketika itu sang ayah (atau mungkin tepatnya dipanggil kakek) merasakan sakit pada perutnya, lalu ia diantarkan oleh tetangganya untuk berobat bukan oleh anak-anaknya. Hari berikutnya sang ayah berbaring. Namun karena di rasa cukup lama berbaring, tetangganyapun membangunkannya, namun tidak juga bangun. Itulah pembaringan terakhirnya. 
Miris, bahkan tetangganya pun tidak tahu kepergiannya. Sang anakpun tidak lagi dapat melihat wajah ayahnya, walau untuk yang terakhir kali, karena mereka (anak-anaknya) tiba setelah ayah meraka dikuburkan.

Kini tinggal sang ibu, yang hidup seorang diri. Bisa jadi sang ibulah yang 'diharapkan' pergi lebih dulu, karena memang sedang sakit. Namun Yang Maha Kuasa berkehendak lain. Anak-anaknya yang diharapkan dapat menemaninya ketika sudah tua, semuanya sibuk dengan urusannya (keluarganya) masing-masing. Seperti kebanyakan orang, meraka (anak-anaknya) berdalih bahwa mereka sibuk, mereka sudah punya kehidupan masing-masing, mereka tidak setiap saat bisa menemani, apalagi sang ibu tidak mau meninggalkan kampung halamannya. Bisa jadi mereka lupa, bagaimana perjuangan orang tua membesarkan mereka, bagaimana pengorbanan mereka ketika anak-anaknya masih menjadi tanggungannya, bagaimana mereka meluangkan waktu hanya demi anak-anaknya, dan bagaimana mereka (kedua orangtua) mengijinkan anaknya untuk merantau dengan iringan doa dan harapan agar anak-anaknya sukses. Kini walau mungkin belum terbilang sukses, namun sudah bisa mandiri, sang anak enggan bersama ibunya. Mereka semua hanya menunggu kabar kematiannya.

Ketahuilah wahai sang anak, keadaan ibumu kini seakan sudah mati sebelum mati yang sebenarnya. Ketika saatnya (kematian yang sebenarnya) tiba, jangankan memandikannya, menguburkannyapun kalian tidak sempat. Hanya gundukan tanah yang kalian tangisi. Itupun mungkin hanya sesaat. Selanjutnya kalian berembuk untuk membagi-bagikan harta peninggalannya.

Semoga kalian tidak bernasib sama.

_

Ngomongin Rina Nose

Hadeeuuhh...
Gagal paham saya sama omongan neng Rina nose, tentang keputusannya untuk kembali membuka aurat (menanggalkan jilbabnya).

Sempet sedikit kagum ketika dia memutuskan untuk berhijab ketika berada dipuncak karir, walaupun mungkin dia sendiri merasa belum mencapai puncak. Biasa deh, namanya juga manusia, ga ada puasnya.

Adalah bagian dari dakwah atau syiar ketika kita berada dalam posisi atas, posisi populer, atau kalau di dunia kerja menduduki posisi jabatan yang strategis yang mungkin cukup sulit untuk mencari penggantinya, untuk mengamalkan ajaran agama, salah satunya adalah dengan berhijab bagi wanita. Karena ia akan menjadi icon, ia akan menjadi contoh, ia akan menjadi tauladan, ia memiliki banyak follower, yang tentunya akan ditiru banyak orang, yang insyaAllah, akan menjadi ladang pahala karena banyak yang mengikutinya. Apapun gerak-gerik kita, maka akan menjadi trend, akan menjadi acuan untuk diikuti. Ucapan pun demikian. Bahkan gaya bicarapun bisa jadi akan di tiru oleh para penggemar. Apapun itu, maka bisa jadi akan jadi 'kiblat' bagi mereka yang mengidolakannya. 

Bukan saja sesuatu hal yang baik dan benar menurut tuntunan agama, hal yang bertentangan dengan agamapun akan diikuti oleh mereka yang fanatik buta mengidolakannya. Nah disini sumber malapetaka bagi sang idola. 
Loh kenapa demikian ?! Ya jelas lah.... jika ia melakukan sesuatu yang melanggar secara jelas aturan agama dan diikuti oleh orang lain atas alasan yang diutarakannya, maka ia menjadi penyebab kesalahan orang lain, dan konsekwensinya, iapun akan menerima dosa atas apa yang dilakukan dan diikuti oleh penggemarnya. Rina Nose, misalnya, ketika ia kembali memutuskan untuk membuka hijabnya, lalu berputar-putar menyusun kata dan kalimat pembenaran atas sikapnya tanpa menghiraukan lagi ajaran agama yang dianutnya, mencari-cari dalih untuk membenarkan keputusannya dan lain-lain, maka disaat itu disampaikan diruang publik dan menyebar keseluruh jagad, maka disaat itu pula ketika penggemar 'buta' nya mengikuti dan beramai-ramai membuka hijab karena menganggap benar apa yang disampaikannya, maka ia menanggung setiap dosa dari mereka, dan mereka pun tak terlepas dari dosa karena kebodohannya.

Sadarlah diri siapa kita.
Ketika banyak orang yang hanya bisa 'bersandar' pada kita karena kepopuleran kita, ketika banyak orang akan selalu mengikuti kemana langkah kita, jadilah manusia bijak, bersikap dan bertingkahlakulah yang akan membawa manfaat dan tabungan amal buat dirikita, bukan sebaliknya.

Siapapun kita, ketika kita tidak bisa menjalankan semua aturan agama, maka jalankan apa yang bisa diamalkan, dan diamlah apa yang belum bisa diamalkan. Bicaramu pada suatu urusan agama yang kamu belum bisa mengamalkannya sesungguhnya adalah bentuk 'protes' atas aturan Allah. Apa bedanya kamu dengan iblis, yang ketika Allah perintahkan untuk bersujud (memberi penghormatan) kepada Nabi Adam, iapun menolak melakukannya dan memberikan argumen untuk membenarkan pendapatnya.

_

07 November 2017

Obat dan Doa

Saya pernah ngasih tahu ke orang yang sedang sakit, bahwa obat itu ada 2. Ini sih hasil analisa saya sendiri, bisa benar, bisa juga salah. Harap maklum deh.
Yang 2 ini bukanlah jenis obatnya atau khasiatnya. Yang saya maksudkan ada 2 itu adalah caranya, ikhtiarnya. Yang pertama adalah melalui jalan medis yaitu bisa lewat dokter, tabib, ahli medis, orang yang punya kemampuan mengobati walaupun ia bukan seorang dokter, bisa melalui obat herbal, obat warung, obat racikan sendiri, jamu-jamuan dan lain-lain. Yang kedua adalah non medis. Saya menyimpulkan non medis ini adalah pengobatan yang tidak membutuhkan apapun sebagai medianya seperti obat, jamu, herbal dll. tetapi doa. Kekuatan doa dan keyakinan yang membacanya menjadikan ia sebagai obat yang sangat ampuh. Bisa mengobati berbagai macam penyakit, yang oleh kalangan medis sudah tidak sanggup lagi.

Pernah kan mendengar dokter, ketika segala upaya pengobatan yang dilakukan namun belum membuahkan hasil seperti yang diharapkan lalu ia menyarankan agar pasien atau keluarga pasien untuk membantunya dengan doa, bahkan terkadang ia berkata, "hanya doa yang bisa menyembuhkannya".
Itu artinya doa juga merupakan media atau sarana untuk suatu kesembuhan.

Kalau secara medis kita bisa pergi ke dokter atau ahli medis lainnya, maka dengan doa, bisa kita lakukan sendiri, atau meminta orang lain ikut mendoakan, atau kita bisa datang kepada orang yang kita anggap sholeh untuk mendoakan kita, insyaAllah penyakit kita akan disembuhkan.

So... jangan hanya bergantung sama dokter atau ahli medis. Diperika atau diberi obat oleh dokter atau ahli medis sih boleh-boleh saja, tapi yang memberi kesembuhan bukanlah obatnya atau karena dokternya, tapi Kuasa Allah-lah dibalik itu semua. Dia-lah yang Maha Berkehendak.
Hanya kepada Dia (Allah) kita serahkan segala sesuatu, termasuk meminta kesembuhan dari-Nya.

_

Yuk, kembali sehat

Suka sedih kalo ngedenger ada yang sakit. Entah itu istri, anak atau saudara, bahkan teman. Apalagi kalau sakitnya parah. Sakit yang bikin si penderita tidak ada dan upaya alias tubuhnya lunglai. Ia hanya bisa berbaring. Tidak banyak aktifitas yang bisa dilakukan kecuali berdoa semoga segera diberi kesembuhan. 

Ada juga orang yang nampak sehat atau biasa-biasa saja, padahal ia sedang mengidap penyakit. Hanya saja tubuhnya masih terlihat tegar atau mampu untuk bergerak dan menjalankan aktifitasnya walau agak terbatas.

Ketika kita sedang sakit, disaat itu kita betul-betul paham bahwa sehat itu adalah segalanya. Banyak aktifitas yang bisa kita lakukan ketika sehat dan bugar, termasuk ibadah. Selama ini kita hanya tau kalau sehat itu adalah segalanya, namun hanya sekedar tau saja, tidak lebih, dan menjadi paham ketika sakit 'menyerang'.

Ketika kita sedang sakit, kadang terlintas begitu banyak hal yang belum kita kerjakan, hingga kita berhayal, agar apabila diberi kesehatan segala sesuatu yang tertunda akan segera dikerjakan.
Masih mending saya pakai kata "berhayal" daripada saya pakai kata "berhalusinasi".
Memang biasanya demikian. Ada beberapa orang, yang kalau sedang sakit itu suka berhayal, jikalau aku sehat, aku akan melakukan semua yang bisa dilakukan. 

Satu hal yang menarik (saya katakan menarik, karena memang ini agak unik sehingga jadi menarik) adalah ketika kita sedang sakit, kita dapat menyaksikan sekitar kita, teman kita, sahabat kita, saudara kita, pasangan kita bahkan anak-anak kita, mereka 'berubah menjadi (bagaikan) seorang dokter', perhatian mereka terhadap kita yang sedang sakit, menjadikan mereka 'prihatin', sehingga pengalaman yang mereka dapat di jadikan sebagai solusi untuk menyembuhkan penyakit yang sedang kita derita. Tidak sedikit saran mereka adalah pemaksaan bagi kita. Tidak jarang juga justru merekalah yang 'memaksa' kita untuk mendatangi dokter anu, untuk melakukan terapi anu, untuk pergi ke alternatif si anu dan anu dan banyak yang lainnya. Itu dilakukan tidak lain hanya kepedulian mereka yang begitu besar terhadap kita (yang sedang sakit).

Menjadi sehat adalah impian dan harapan setiap orang. 
Namun jika sakit menyerang, ia tidak peduli pada siapa ia datang.
Sabar adalah (salah satu) obat yang paling mujarab.
Sabarmu terhadap sakitmu adalah penggugur dosa-dosamu. InsyaAllah

Yuk, kembali sehat.
Dan wujudkan setiap impian.
_


Mohon Maaf

Assalamu'alaykum, Di hari yang mulia ini Di hari yang telah lalu dan yang akan datang Mohon maaf atas segala salah dan khilaf Mohon maaf...