Pada akhirnya....

Baru saja lewat satu minggu saya menulis tentang mati sebelum mati. Kisah tentang orang tua yang 'terpaksa' meninggalkan dunia tanpa disaksikan oleh anak-anaknya. Minggu lalu, sang istri (seorang ibu tua yang memang sedang sakit), menyusul sang suami. Tak perlu saya cari tau bagaimana kepergiannya. Anak-anaknya bergegas menuju pembaringan terakhir sang ibu, namun sebagaimana ketika sang ayah meninggal, merekapun hanya menjumpai gundukan tanah yang masih basah bertabur bunga.

Ibu yang seharusnya ditemani, terlebih ia masih berduka ketika ditinggal suaminya. Orang yang hidup bersamanya puluhan tahun. Duka itu bertambah berat ketika harus ia tanggung sendirian tanpa anak disisinya yang diharapkan dapat menghibur hatinya. Pedih. Perih. Tak sanggup aku mendengar kisahnya. Tak sanggup aku untuk membayangkannya. 

Tangis sang anak yang katanya cinta pada orangtuanya hanya sebatas meneteskan air mata. Tak meresap didalam kalbunya. Tak perlulah beralasan macam-macam. Kini kedua orangtuanya telah meninggalkan mereka untuk selama-lamanya.
Tak terbayangkankah bagaimana jika kelak diperlakukan sama oleh anak-anak mereka ?!
Sanggupkah mereka mengarungi hidup dihari tua tanpa dipedulikan oleh anak-anaknya yang punya urusan (dunia) masing-masing sebagaimana alasanmu pada orangtuamu ?!

Harta. 
Perebutkanlah.
Bagikanlah.
Setelah itu, pulanglah kalian masing-masing pada kehidupanmu.
Berjaga-jagalah, karena kelak jika umurmu panjang, masa tuamu telah menunggu.
Bersiaplah untuk hidup mandiri sebagaimana orangtuamu mandiri tanpamu.
Kamu kelak akan tahu, bahwa bukan biaya hidup saja yang dibutuhkan dihari tuamu.
Kedekatan dengan anak cucumu lah yang membahagiakanmu.

Perlu juga kamu untuk kamu ketahui, walaupun kedua orangtuamu telah tiada, mereka masih membutuhkanmu. Membutuhkan doa-doamu. Membutuhkan sedekahmu. Membutuhkan kamu mengajarkan anak-anakmu agar tidak menelantarkanmu.

_

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Jadilah penghapal Alquran

Kita akan segera dilupakan!