31 Juli 2019

Watawa showbil haq, watawa showbish shobr


Mengingatkan orang lain dalam hal kebaikan adalah kewajiban setiap orang.
Gak perlu liat latar belakangnya.
Gak perlu tahu agamanya.
Gak mesti dari kalangan ningrat.
Gak harus dari seorang yang punya jabatan tinggi.
Jika itu baik, tidak melanggar norma dan adat, tidak bertentangan dalam urusan agama, apa salahnya sih terima kebaikan itu, walau berupa ucapan atau tulisan. Setidaknya diam sejenak, menyimak, atau sekedar mendengarkan.
Jika itu baik buat kamu, kenapa mesti ragu untuk menerimanya.
Dan kemudian mengamalkannya.

Kita semua tahu
Kita semua sadar
Bahwa tidak semua orang bisa menerima masukan
Bahwa tidak semua orang bisa menerima nasehat
Bahwa tidak semua orang bisa diajak diskusi dalam kebaikan

Pertanyaannya adalah, mau sampai kapan orang itu bersikap seperti itu?!

Kadang kita mendengar orang yang ketika di nasehati untuk tidak berbuat yang tidak semestinya, ia bahkan malah menganggap kita sebagai orang munafik.
Dengan lantang ia berkata, “udahlah jangan sok alim” atau “ah, lu juga dulu pernah begitu” atau “ah, yang lain gak masalah kok, lu aja yang baperan” atau kalau udah kepepet dia bilang, “iyaa.. gw emang kotor, gak kayak lu yang udah jadi manusia suci tanpa dosa” atau bisa juga dia bilang, “Tuhan itu menciptakan yang baik dan yang jelek, nah gw kebagian yang jeleknya. Udah takdir. Gw aja gak masalah, kok lu yang repot

Ada juga loh yang didepan dan dibelakang beda. Ketika kita sampaikan yang benar, dia manggut-manggut, kasih jempol, dan yang lainnya ada yang no comment, ehh pas dibelakang, dia malah nyinyir.

Banyaklah.

Ya itu tadi, manusia itu beda-beda.
Kalau sama mah kembar namanya.
Butuh ‘tangan’ Tuhan untuk merubahnya.
Atau memang sudah menjadi takdirNya?!

Perlu juga kita perhatikan, dalam menyampaikan kebaikan juga harus dengan cara yang baik dan benar. Jangan disampaikan dengan cara menyombongkan diri, atau terkesan menggurui, seakan-akan orang yang ada dihadapan kita adalah orang ‘kecil’ yang mengerti apa-apa.
Dan perlu kesabaran.

Watawa showbil haq, watawa showbish shobr.


29 Juli 2019

Nggak ribet kok


Brother and Sister all over the world.

Saya mau ngingetin buat Bro and Sis dimana saja.
Ini juga buat ngingetin saya juga tentunya. Isteri saya. Anak-anak saya.

Ngingetin tentang penggunaan hape.

Terutama untuk pemasangan wallpaper, atau juga picture profile baik di media sosial ataupun di aplikasi apapun yang ada di hape. Semua menyangkut masalah pemilihan atau pemasangan gambar islami, baik berupa gambar kaligrafi atau berupa doa, atau apapun yang didalamnya ada lafadz Allah, atau ayat-ayat Allah, atau hadist Nabi.

Menjadi bagus, apabila memang berada pada tempat dan lokasi yang baik. Bisa jadi ini akan menunjukkan pada dunia (sekitar) bahwa kita adalah seorang Muslim (yang religius).

Namun akan menjadi tidak bagus, bahkan terlarang, ketika kita membawa dan mengaktifkannya sehingga gambar atau tulisannya menjadi terbuka/terlihat jelas ketika berada di tempat terlarang, sebut saja toilet atau WC.

Hal lainnya adalah nada dering atau nada pengingat (alarm) termasuk didalamnya adalah notifikasi adzan, yang kesemua nadanya adalah ayat-ayat Al Quran.

Bisa jadi Bro and Sis tetap membawa hape ke dalam toilet namun tidak membukanya, bagaimana jika nada dering adalah bacaan Al Qur’an? Apakah ikut di silent mode juga?, jika tidak, dan berdering, maka sama saja hal itu adalah terlarang.

Khusus untuk nada dering, maka sebaiknya tidak menggunakan nada murottal atau pembacaan ayat Al Quran. Hal ini selain terlarang ketika berdering di dalam toilet, juga terlarang dimanapun ketika ayat yang dibacakan belum selesai secara sempurna namun sudah di matikan, maka akan menjadikan ayat yang dibacakan menjadi terputus dan mengakibatkan salah arti/pemahaman.

Kok jadi ribet ya?

Sebenarnya gak ribet-ribet amat sih, cuma kitanya aja kali yang mau kelihatan religius dimata orang lain, atau cuma mau gaya-gayaan.

Asesoris lainnya juga loh, seperti kalung, cincin dlsbg.

Biar aman, jangan pakai asesoris berlafadzkan Allah atau Muhammad. Khawatir ketika masuk toilet lupa di lepas.
Trus jangan membuka-buka hape di dalam toilet.
Bisa jadi Bro and Sis gak pakai gambar atau tulisan ayat-ayat Allah dan sejenisnya, bagaimana dengan teman-teman Bro and Sis? Apalagi kalau buka sosial media di dalam toilet, sangat riskan banget, karena banyak konten islami di sosmed yang juga terlarang di buka di dalam toilet.

Lebih aman lagi, gausah bawa hape ke toilet.

Nggak ribet kok.



26 Juli 2019

Ngerumpiin ghibah, boleh kok



Ngerumpi ya ngerumpi
Ghibah ya ghibah
Ngerumpiin ghibah ? emang ada? Ahh aya aya wae.

Menurut KBBI, ngerumpi adalah mengobrol sambil bergunjing dengan teman, biasanya dalam kelompok kecil.

Sementara Ghibah adalah menyebutkan sesuatu yang terdapat pada diri orang lain, sedang ia tidak suka (jika hal itu disebutkan). Baik dalam keadaan soal jasmaninya, agamanya, kekayaannya, hatinya, akhlaqnya, bentuk lahiriyahnya dan sebagainya.

Dari Abu Hurairah radhiyallahu ‘anhu, Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda, “Tahukah engkau apa itu ghibah?” Mereka menjawab, “Allah dan Rasul-Nya yang lebih tahu.” Ia berkata, “Engkau menyebutkan kejelekan saudaramu yang ia tidak suka untuk didengarkan orang lain.” Beliau ditanya, “Bagaimana jika yang disebutkan sesuai kenyataan?” Jawab Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam, “Jika sesuai kenyataan berarti engkau telah mengghibahnya. Jika tidak sesuai, berarti engkau telah memfitnahnya.” (HR. Muslim no. 2589).

Dalam Al Adzkar (hal. 597), Imam Nawawi rahimahullah menyebutkan, “Ghibah adalah sesuatu yang amat jelek, namun tersebar dikhalayak ramai. Yang bisa selamat dari tergelincirnya lisan seperti ini hanyalah sedikit. Ghibah memang membicarakan sesuatu yang ada pada orang lain, namun yang diceritakan adalah sesuatu yang ia tidak suka untuk diperdengarkan pada orang lain. Sesuatu yang diceritakan bisa jadi pada badan, agama, dunia, diri, akhlak, bentuk fisik, harta, anak, orang tua, istri, pembantu, budak, pakaian, cara jalan, gerak-gerik, wajah berseri, kebodohan, wajah cemberutnya, kefasihan lidah, atau segala hal yang berkaitan dengannya. Cara ghibah bisa jadi melakui lisan, tulisan, isyarat, atau bermain isyarat dengan mata, tangan, kepala atau semisal itu.”

Jelas dong. Ngerumpi itu gak boleh. Ngerumpi bisa jadi sama dengan ghibah.
Ghibah sendiri juga jelas tidak boleh. Terlarang.

Nah kalo ngerumpiin ghibah?
Boleh.

Ngerumpiin ghibah yang saya maksud di sini adalah membicarakan tentang permasalahan ghibah itu sendiri, atau ngobrolin tentang hukum ghibah, membahas tentang apa-apa saja yang termasuk katagori ghibah.

Tujuannya apa?
Ya biar makin paham lah.
Biar bisa -setidaknya- mengurangi atau menghindar dari perkara yang bisa mengakibatkan kena perkara ghibah.

Gitu aja sih.

So..
Ngerumpiin ghibah, boleh kok.



18 Juli 2019

It has been banned

Guys,
You won't see me again on Facebook
It has been banned. Since end of June 2019

I only had one account. 
And it was real account.
I joint to Facebook on April 2009.
Woww, it is more than 10 years. Amazing !!.

If someone claimed to be me or pretends to be me or using my profile, my picture etc.,
I guarantee it is NOT ME
It is easy to create a new one
But I have not decided yet to do that.

If I am not mistaken, I have only 300 friends more or less in FB. Not much.
but most of them (more than 90 percent) are really my friends. I know them well.
And the rests are followers.
Some of them are also followers on IG. :)

I had two Fanpages
First : Abbhie.
it only has 110 followes more or less.
All posts in FP Abbhie was my original writing.

The second one is, I used the name of Owner of Pondok Pesantren in the Middle of Java.
The Famous one. Sorry, I do not mention the name.
But honestly, I created it for him and he knew it.
I made him as an admin, but he refused caused he was not familiar with Fanpage, and he was also not have much time to manage the Fanpage.
In a few months, this Fanpage has more than 50K followers.
And always has new followers everyday.
All posts in this Fanpage is copied from his account.

Both Fanpages are about da'wah.

Facebook allowed me to download memories.
But not for both Fanpages.

I am not sad at all losing my account on FB.
I am just curious why they did it to me.
Political issues made them not fair to take action.

_




16 Juli 2019

Maklumin aja. Namanya juga anak kecil (2)


Adzan berkumandang. Jelas terdengar. Tapi masih aja santai diluar masjid/musholla. Sambil ngobrol pula. Seakan gak mau kalah sama suara adzan. Ada juga yang sambil ngudut. “lagi nanggung” katanya. Perlu ditegur. Diingatkan. Dengan cara baik dan santun tentunya. Serta penuh kehati-hatian. Biasanya orang kayak gini sensinya tinggi banget. Ibarat kata, ‘senggol dikit gw bacok’. Kalau ketemu yang kayak gini jangan ambil hati. Biar hati plong. Maklumin aja. Namanya juga anak kecil.

Didalam masjid/musholla, orang-orang pada sholat sunnah, nunggu iqomat, ehh masih aja ngobrol. Kalo pake “sssttt…” gak mempan, liat ke mukanya, trus senyumin aja. Biar hati plong. Maklumin aja. Namanya juga anak kecil.

Didalam masjid/musholla, orang-orang pada dzikir nunggu iqomat, ehh dia masih sibuk main hape. Bukan sekedar ketak-ketik, chatting, tapi sampe telponan. Biar hati plong. Maklumin aja. Namanya juga anak kecil.

Masih didalam masjid/musholla, iqomat sudah selesai dikumandangkan, imam udah nyuruh merapatkan shof, barisan. Ehh masih aja duduk bersila. Diam ditempat. Apakah mereka tidak tahu keutamaan berada di shof terdepan? Entahlah. Biar hati plong. Maklumin aja. Namanya juga anak kecil.

Maklumin anak kecil, yang benar-benar kecil, karena umurnya masih belum baligh, adalah suatu keharusan. Karena mereka dalam proses pembelajaran. Bisa jadi hari ini diberi tahu, besok sudah lupa dan perlu diberi tahu lagi. Itu mah sudah lumrah.

Maklumin anak kecil, yang sudah tidak kecil lagi, karena memang usianya sudah dewasa adalah suatu keharusan yang dipaksakan. Mereka bukan lagi dalam proses pembelajaran. Mereka dalam masa kebiasaan. Kebiasaan yang tidak patut di contoh oleh anak kecil beneran. Menasehati mereka itu ibarat orang yang takut ketinggian, lalu naik ke atap rumah tanpa tali pengaman, deg-degan, kaki gemetaran, keringat dingin bercucuran. Perlu strategi yang jitu dan pas. Salah-salah malah bisa jadi perseteruan hebat.

Kalau mau aman ya itu tadi, maklumin aja. Namanya juga anak kecil.



Maklumin aja. Namanya juga anak kecil (1)

15 Juli 2019

Maklumin aja. Namanya juga anak kecil (1)


Anak kecil. Kelakuannya aneh-aneh. Bisa juga diluar dugaan. Bisa salah. Bisa benar. Namun mereka selalu menganggap benar. Tidak ada yang salah. Dan tidak pernah salah. Karena bagi mereka tidak ada salah dan tidak ada benar. Mereka melakukan sesuka hati.

---

Diajarin tiap saat, tapi tetap mengulangi kesalahannya; yang sebenarnya dia tidak tahu kalau itu adalah sebuah kesalahan. Maklumin aja. Namanya juga anak kecil.

Dikasih tahu, tetap tidak mau tahu. Maunya tempe. Keukeuh ada pendiriannya. Jika pendiriannya memang berdasarkan nalar yang benar, ya bagus. Yang jadi masalah adalah ia tidak tahu kalau pendiriannya itu benar atau tidak benar. Kadang ketika kita koreksi atas pendiriannya yang tidak benar, ia manggut-manggut layaknya orang yang paham dan mengerti permasalahan, namun setelah itu ia tetap pada pendiriannya. Maklumin aja. Namanya juga anak kecil.

Hari ini kita tunjukkan sesuatu yang benar, dan syukur alhamdulillah ia bisa menjalankannya sepanjang hari ini. Besok lusa, kembali ke semula, bahkan ia tidak mampu mengingat apa yang pernah di ajarkannya. Maklumin aja. Namanya juga anak kecil.

Hari ini kita ajarkan sesuatu yang baru dan tentunya yang benar. Alhamdulillah ia memahaminya, dan selalu berbuat sesuatu yang benar ketika dihadapan kita. Ketika kita berpaling darinya, ia tidak melakukannya dengan benar. Maklumin aja. Namanya juga anak kecil.

Anak kecil punya dunianya sendiri, yang terkadang sulit dipahami oleh orang dewasa. Namun akan menjadi sesuatu yang membahagiakan dan menyenangkan hati adalah ketika kita sadar dan kita tahu bahwa mereka memang anak kecil, hingga tiada sakit hati dalam menghadapi tingkah lakunya.

Hati akan plong dalam menghadapi mereka ketika hati kita bisa selalu berucap, “Maklumin aja. Namanya juga anak kecil”


Maklumin aja. Namanya juga anak kecil (2)


12 Juli 2019

Your secret admirer


Posting tentang dakwah, dibilang sok suci, sok alim.
Posting tentang tausiah, dibilang “Ceramahin diri sendiri dulu sebelum ceramahin orang”
Posting tentang politik, cuma karena beda pilihan, ehh di serbu buzzer bayaran, di laporin, di banned.

Upload makanan gak boleh, katanya tidak ber-empati sama orang susah. Kasian kan mereka yang miskin, yang buat makan aja susah, ehh harus lihat postingan yang isinya makanan melulu. Hmmm, apa iya orang miskin yang buat makan aja susah terus bela-belain beli kuota buat liatin potingan orang-orang..?! mending duitnya buat beli makan kali ya.

Share lokasi wisata, dibilangnya pamer, sok kaya. Orang kaya aja gak gitu-gitu amat.
Share tempat sholat dibilang sok agamis.

Upload foto anak kecil, yang lagi lucu-lucunya, dibilangnya eksploitasi anak.
Upload foto anak yang udah agak gede-an, dibilangnya apalah gitu. Gak ngenakin.
Upload foto anak berprestasi, dibilang pamer.
Upload foto sendirian, selfi, dibilang “kesian deh, keluarganya aja gak ada yang mau foto bareng”
Upload foto bareng temen dibilang gak sayang sama keluarga.
Upload foto bareng anak dibilang “mamanya mana tuh, atau jangan-jangan……..?!”
Upload foto bareng keluarga, dibilang “keliatannya aja rukun, padahal mah belom tentu”
Upload foto bareng pasangan, dibilang “tumben-tumbenan, abis berantem yee?”; ada yang bilang “ciee…ciee.. biar dibilang sayang istri/suami ye?” atau ada juga yang lain bilang “ahh basi, kalau udah ketauan selingkuh, pasang deh poto mesra berduaan”

Trus… jadi ngapain dong.
Tutup akun ?! Salah juga.

Gak posting, di cariin,
Gak upload di tanyain,
Gak share di tungguin
Yaa gitu deh.

---

So guys, jangan berharap apa yang kamu lakukan dapat menyenangkan semua orang.

Percaya deh, mereka itu sebenarnya orang yang paling perhatian. Buktinya adalah apapun yang kamu lakukan, apapun yang kamu tulis, apapun yang kamu share, mereka selalu memperhatikan. Komentar mereka yang sepertinya terlihat kurang baik, sesungguhnya adalah bentuk perhatian yang berlebih dari mereka.

Mereka itu sebenarnya adalah your secret admirer



09 Juli 2019

“Sorry ya Bro, gw gak like"


“Sorry ya Bro, gw gak like

Begitu personal chat yang dikirim oleh seorang teman, ketika postingan saya yang menurutnya agak keras. Biasanya tentang politik atau kritikan terhadap kelompok tertentu, atau tentang dakwah yang kontennya tidak meng-enakkan hatinya, padahal disertai dalil-dalil yang jelas yang sudah menjadi keputusan jumhur atau bisa jadi tentang sesuatu hal yang kalau dia berikan ‘like’ maka takut dianggap sebagai pendukungnya dimana komunitasnya atau orang-orang yang berada didekatnya adalah kelompok ‘semacam’ liberal yang maunya bebas berekspresi sesuai dengan kehendak hatinya.
Aneh memang.
Berada atau sudah terpengaruh dengan pemikiran liberal dimana kebebasan adalah jalan hidupnya namun membatasi kebebasan orang lain dalam berekspresi atau  menyampaikan pendapat.

Jujur ya pren, gw gak butuh banyak like.
Juga gak butuh banyak yang komen.
Udah kebaca aja sama orang lain udah bersyukur. Mudah-mudahan jadi ladang amal. Setidaknya sebenarnya itu juga yang jadi pemikiran banyak orang, dimana tidak banyak orang yang sanggup menyampaikannya dengan berbagai alasan.
Contohnya, postingan tentang elgebete. Secara naluri kita semua (sebagian besar dan lebih dari 99 persen) menolak hal itu, namun karena takut dibilang tidak toleran atau takut dianggap melanggar hak asasi, maka kita takut menyuarakan penolakannya bahkan untuk sekedar like aja gak berani. Disisi lain mereka takut banget kalau anak keturunannya ‘mengidap’ virus tersebut.
Saya cuma mau bilang, bahwa pilihan tersebut menjijikan. Yaitu pilihan untuk diam dalam masalah ini.

“Sorry ya Bro, gw gak butuh di like

Tuhan 9 cm berkepala api


Puisi karya Taufik Ismail

Indonesia adalah sorga luar biasa ramah bagi perokok,
tapi tempat siksa tak tertahankan bagi orang yang tak merokok,

Di sawah petani merokok,
di pabrik pekerja merokok,
di kantor pegawai merokok,
di kabinet menteri merokok,
di reses parlemen anggota DPR merokok,
di Mahkamah Agung yang bergaun toga merokok,
hansip-bintara-
perwira nongkrong merokok,
di perkebunan pemetik buah kopi merokok,
di perahu nelayan penjaring ikan merokok,
di pabrik petasan pemilik modalnya merokok,
di pekuburan sebelum masuk kubur orang merokok,

Indonesia adalah semacam firdaus-jannatu-na’im
sangat ramah bagi perokok,
tapi tempat siksa kubur hidup-hidup bagi orang yang tak merokok,

Di balik pagar SMU murid-murid mencuri-curi merokok,
di ruang kepala sekolah ada guru merokok,
di kampus mahasiswa merokok,
di ruang kuliah dosen merokok,
di rapat POMG orang tua murid merokok,
di perpustakaan kecamatan ada siswa bertanya
apakah ada buku tuntunan cara merokok,

Di angkot Kijang penumpang merokok,
di bis kota sumpek yang berdiri yang duduk
orang bertanding merokok,
di loket penjualan karcis orang merokok,
di kereta api penuh sesak orang festival merokok,
di kapal penyeberangan antar pulau penumpang merokok,
di andong Yogya kusirnya merokok,
sampai kabarnya kuda andong minta diajari pula merokok,

Negeri kita ini sungguh nirwana
kayangan para dewa-dewa bagi perokok,
tapi tempat cobaan sangat berat
bagi orang yang tak merokok,

Rokok telah menjadi dewa, berhala, tuhan baru,
diam-diam menguasai kita,

Di pasar orang merokok,
di warung Tegal pengunjung merokok,
di restoran di toko buku orang merokok,
di kafe di diskotik para pengunjung merokok,

Bercakap-cakap kita jarak setengah meter
tak tertahankan asap rokok,
bayangkan isteri-isteri yang bertahun-tahun
menderita di kamar tidur
ketika melayani para suami yang bau mulut dan hidungnya mirip asbak rokok,

Duduk kita di tepi tempat tidur ketika dua orang bergumul
saling menularkan HIV-AIDS sesamanya,
tapi kita tidak ketularan penyakitnya.
Duduk kita disebelah orang yang dengan cueknya
mengepulkan asap rokok di kantor atau di stopan bus,
kita ketularan penyakitnya.
Nikotin lebih jahat penularannya ketimbang HIV-AIDS,

Indonesia adalah sorga kultur pengembangbiakan nikotin paling subur di dunia,
dan kita yang tak langsung menghirup sekali pun asap tembakau itu,
Bisa ketularan kena,

Di puskesmas pedesaan orang kampung merokok,
di apotik yang antri obat merokok,
di panti pijat tamu-tamu disilahkan merokok,
di ruang tunggu dokter pasien merokok,
dan ada juga dokter-dokter merokok,

Istirahat main tenis orang merokok,
di pinggir lapangan voli orang merokok,
menyandang raket badminton orang merokok,
pemain bola PSSI sembunyi-sembunyi merokok,
panitia pertandingan balap mobil,
pertandingan bulutangkis,
turnamen sepakbola
mengemis-ngemis mencium kaki sponsor perusahaan rokok,

Di kamar kecil 12 meter kubik,
sambil ‘ek-‘ek orang goblok merokok,
di dalam lift gedung 15 tingkat
dengan tak acuh orang goblok merokok,
di ruang sidang ber-AC penuh,
dengan cueknya,
pakai dasi,
orang-orang goblok merokok,

Indonesia adalah semacam firdaus-jannatu-na’im
sangat ramah bagi orang perokok,
tapi tempat siksa kubur hidup-hidup
bagi orang yang tak merokok,

Rokok telah menjadi dewa, berhala, tuhan baru,
diam-diam menguasai kita,

Di sebuah ruang sidang ber-AC penuh,
duduk sejumlah ulama terhormat merujuk
kitab kuning dan mempersiapkan sejumlah fatwa.
Mereka ulama ahli hisap.
Haasaba, yuhaasibu, hisaaban.
Bukan ahli hisab ilmu falak,
tapi ahli hisap rokok.
Di antara jari telunjuk dan jari tengah mereka
terselip berhala-berhala kecil,
sembilan senti panjangnya,
putih warnanya,
ke mana-mana dibawa dengan setia,
satu kantong dengan kalung tasbih 99 butirnya,

Mengintip kita dari balik jendela ruang sidang,
tampak kebanyakan mereka
memegang rokok dengan tangan kanan,
cuma sedikit yang memegang dengan tangan kiri.
Inikah gerangan pertanda
yang terbanyak kelompok ashabul yamiin
dan yang sedikit golongan ashabus syimaal?

Asap rokok mereka mengepul-ngepul di ruangan AC penuh itu.
Mamnu’ut tadkhiin, ya ustadz.
Laa tasyrabud dukhaan, ya ustadz.
Kyai, ini ruangan ber-AC penuh.
Haadzihi al ghurfati malii’atun bi mukayyafi al hawwa’i.
Kalau tak tahan,
Di luar itu sajalah merokok.
Laa taqtuluu anfusakum.

Min fadhlik, ya ustadz.
25 penyakit ada dalam khamr.
Khamr diharamkan.
15 penyakit ada dalam daging khinzir (babi).
Daging khinzir diharamkan.
4000 zat kimia beracun ada pada sebatang rokok.
Patutnya rokok diapakan?

Tak perlu dijawab sekarang, ya ustadz.
Wa yuharrimu ‘alayhimul khabaaith.
Mohon ini direnungkan tenang-tenang,
karena pada zaman Rasulullah dahulu,
sudah ada alkohol,
sudah ada babi,
tapi belum ada rokok.

Jadi ini PR untuk para ulama.
Tapi jangan karena ustadz ketagihan rokok,
Lantas hukumnya jadi dimakruh-makruhkan,
jangan,

Para ulama ahli hisap itu terkejut mendengar perbandingan ini.
Banyak yang diam-diam membunuh tuhan-tuhan kecil yang kepalanya berapi itu,
yaitu ujung rokok mereka.
Kini mereka berfikir.
Biarkan mereka berfikir.
Asap rokok di ruangan ber-AC itu makin pengap,
dan ada yang mulai terbatuk-batuk,

Pada saat sajak ini dibacakan malam hari ini,
sejak tadi pagi sudah 120 orang di Indonesia mati karena penyakit rokok.
Korban penyakit rokok
lebih dahsyat ketimbang korban kecelakaan lalu lintas,
lebih gawat ketimbang bencana banjir,
gempa bumi dan longsor,
cuma setingkat di bawah korban narkoba,

Pada saat sajak ini dibacakan,
berhala-berhala kecil itu sangat berkuasa di negara kita,
jutaan jumlahnya,
bersembunyi di dalam kantong baju dan celana,
dibungkus dalam kertas berwarni dan berwarna,
diiklankan dengan indah dan cerdasnya,

Tidak perlu wudhu atau tayammum menyucikan diri,
tidak perlu ruku’ dan sujud untuk taqarrub pada tuhan-tuhan ini,
karena orang akan khusyuk dan fana
dalam nikmat lewat upacara menyalakan api
dan sesajen asap tuhan-tuhan ini,

Rabbana,
beri kami kekuatan menghadapi berhala-berhala ini...

🌻Taufik Ismail 🌻
Edisi Copas From Group WA

Mohon Maaf

Assalamu'alaykum, Di hari yang mulia ini Di hari yang telah lalu dan yang akan datang Mohon maaf atas segala salah dan khilaf Mohon maaf...