Artikel yang dimuat dihalaman ini bisa berupa apa saja, dari motivasi diri sampai perbaikan akhlaq. Saya hanya berupaya untuk bisa sharing ke semua orang tanpa terkecuali, dan saya mengharapkan feed back yang positif, karena sesungguhnya motivasi diri dan perbaikan akhlaq yang dimaksud adalah lebih dikhususkan utk diri saya sendiri dan keluarga dan mudah2an bisa bermanfaat utk siapa saja tanpa bermaksud menasehati apalagi mengurui. Opps... ada juga yang copas. Afwan*
26 Agustus 2011
Makna minal aidin wal faizin
Para Sahabat Rasulullah biasa mengucapkan kalimat Taqobalallaahu minnaa wa minkum di antara mereka. Arti kalimat ini adalah semoga Allah menerima dari kami dan dari kalian. Maksudnya, menerima amal ibadah kita semua selama bulan Ramadhan. Para sahabat juga biasa menambahkan: shiyamana wa shiyamakum, semoga juga puasaku dan kalian diterima.
Jadi kalimat yang ke dua dari ucapan selamat lebaran di atas memang biasa digunakan sejak jaman para Sahabat Nabi hingga sekarang.
Lalu bagaimana dengan kalimat: minal ‘aidin wal faizin? Menurut Quraish Shihab dalam bukunya Lentera Hati, kalimat ini mengandung dua kata pokok: ‘aidin dan faizin (Ini penulisan yang benar menurut ejaan bahasa indonesia, bukan aidzin,aidhin atau faidzin,faidhin. Kalau dalam tulisan bahasa arab: من العاءدين و الفاءيزين )
Yang pertama sebenarnya sama akar katanya dengan ‘Id pada Idul Fitri. ‘Id itu artinya kembali, maksudnya sesuatu yang kembali atau berulang, dalam hal ini perayaan yang datang setiap tahun. Sementara Al Fitr, artinya berbuka, maksudnya tidak lagi berpuasa selama sebulan penuh. Jadi, Idul Fitri berarti “hari raya berbuka” dan ‘aidin menunjukkan para pelakunya, yaitu orang-orang yang kembali. (Ada juga yang menghubungkan al Fitr dengan Fitrah atau kesucian, asal kejadian)
Faizin berasal dari kata fawz yang berarti kemenangan. Maka, faizin adalah orang-orang yang menang. Menang di sini berarti memperoleh keberuntungan berupa ridha, ampunan dan nikmat surga. Sementara kata min dalam minal menunjukkan bagian dari sesuatu.
Sebenarnya ada potongan kalimat yang semestinya ditambahkan di depan kalimat ini, yaitu ja’alanallaahu (semoga Allah menjadikan kita). Jadi selengkapnya kalimat minal ‘aidin wal faizin bermakna (semoga Allah menjadikan kita) bagian dari orang-orang yang kembali (kepada ketaqwaan/kesucian) dan orang-orang yang menang (dari melawan hawa nafsu dan memperoleh ridha Allah). Jelaslah, meskipun diikuti dengan kalimat mohon maaf lahir batin, ia tidak mempunyai makna yang serupa. Bahkan sebenarnya merupakan tambahan doa untuk kita yang patut untuk diaminkan.
Wallahu a’lam.
12 Agustus 2011
Sebut saja namanya Tika,
Tika adalah penderita kanker, yang menurut dokter bisa bertahan selama 6 bulan.
Tika yang sehari-hari ceria, saat mengetahui tentang kondisi penyakitnya, dan vonis dokter, hari-harinya diisi dengan tangisan. Sepanjang hari.
Entah apa maksud dari tangisan tersebut, apakah karena vonis yang dijatuhkan untuk dirinya karena hidupnya tidak lama lagi, atau karena penyesalan yang teramat dalam atas apa yang telah dilakukannya, atau karena ia belum berbuat banyak selama ini, yang bisa menjadi manfaat bagi orang lain. Entahlah. Tidak ada yang tahu. Karena ia tidak bercerita. Hari-harinya dihabiskan untuk menangis dan mengurung diri dikamar. Sanak saudara yang berkunjung pun tak pernah berani untuk berkata banyak. Takut menyinggung, katanya. Maklumlah kondisi Tika bukan dalam kondisi yang baik untuk menerima masukan, nasehat dlsbg. Ia hanya butuh support, dan itupun harus disampaikan dengan sangat santun dan hati-hati sekali.
Lain hal nya dengan Jono, sebut saja begitu. Ia tampak aktif dalam kesehariannya, walaupun dokter memvonis sisa umurnya tinggal 3 bulan lagi, karena penyakit yang dideritanya.
Ia berpendapat bahwa dokter bisa saja salah, walaupun dengan perhitungan yang ‘super’ matang. Dokter tetaplah seorang manusia. Dia bukan Tuhan, yang dapat menentukan umur seseorang. Namun walaupun demikian, Jono tetaplah Jono, seorang manusia biasa, yang apabila mendapat informasi yang kurang baik (atau yang mengejutkan) tentulah sedikit banyak mempengaruhi jiwanya. Jono yang dikenal suka menunda-nunda berbuat kebaikan, kini menjadi Jono yang terdepan. Dan ia akan terus berusaha melakukan yang terbaik, yang bermanfaat bagi banyak orang. Termasuk ibadahnya semakin hebat. Tidak hanya yang wajib, yang sunah pun dikerjakannya.
Dua tipe yang berbeda.
Haruskah kita berlaku seperti itu, ketika kita diberikan informasi tentang umur kita ?
tentang berapa lama lagi kita akan menjalani hidup ?
Dan bahkan ada yang hidup semaunya, ketika ia divonis hidupnya tidak akan lama lagi.
Orang tuanya membebaskannya, memberikan segala apa yang dimintanya. Dengan kata lain memberikan ‘kebahagian’ semasa hibupnya. Mumpung masih hidup, katanya.
Yang jadi pertanyaan besar adalah siapa yang harus lebih khawatir, orang yang tahu hidupnya sebentar lagi atau orang yang tidak tahu kapan masa hidupnya berakhir ?
Kita-kita lah yang tidak tahu kapan hidup kita akan berakhir.
Mungkin tahun depan
Mungkin bulan depan
Mungkin minggu depan
Mungkin besok
Atau bahkan mungkin hari ini kita tidak sampai kerumah, menemui orang-orang yang kita cintai.
Apa yang sudah kita persiapkan?
Haruskah kita menunggu vonis dari dokter ?
Sam - 21 September 2010
“Lho..lho..lhoo.., umi ada apa malam-malam kesini” sahutku kaget melihat ummi – panggilan untuk ibuku – yang tiba-tiba sudah ada didepan rumah kontrakkanku dengan berpakaian rapi layaknya hendak pergi ke suatu acara.
“gak ada apa-apa” sahutnya pelan dan langsung masuk ke rumahku.
“ummi mau nginep disini” lanjutnya, dan langsung duduk diruang depan, dimana dihamparkan kasur palembang yang memang dipakai untuk anak-anak tidur bila malam telah tiba. Istriku yang sejak tadi masih asik menonton acara tivi pun terkejut dengan kehadiran ibu mertua yang sangat dicintainya itu. Kami pun berbincang-bincang seputar urusan keluarga dan beberapa masalah yang belum terpecahkan. Aku yang sejak tadi bertelanjang dada terus mendengarkan dengan seksama kata-kata yang keluar dari mulut manis ibuku. Terlihat jelas kelelahan dari raut wajahnya. Sosok yang pekerja keras tanpa pamrih. Doa tulus nya menghantarkan kami anak-anaknya menjadi manusia yang berakhlaq. Banyak contoh tauladan yang diberikan oleh ibuku.
“umi, aku mandi dulu ya” sahutku pada ibuku. Kutinggalkan ibuku yang masih bercengkrama dengan istriku. Banyak hal yang disampaikannya pada istriku.
Setelah selesai mandi, segera aku berwudhu untuk menjalankan sholat Isya. Malam itu sekitar pukul 11.30. Banyak doa yang kupanjatkan malam itu, hingga selesai tengah malam.
Kuhampiri ibuku yang masih terjaga. Terlihat pucat diwajahnya. Ku pijat-pijat punggungnya sambil terus meringis menahan sakit. Entah apa yang dirasakannya. Disandarkannya tubuh lemahnya didinding rumahku dan di selonjorkan kakinya lurus. Kini giliran kakinya kupijat.
Sekitar pukul satu tengah malam, ku ambil segelas air dan kupanjatkan doa, berharap diberi kesembuhan pada ibuku yang kini terkulai semakin lemah, sambil sesekali memegang perutnya.
Oohh rupanya sakit itu berasal dari perutnya.
“Bismillah..” lirihnya sambil menenggak segelas air yang kusuguhkan untuknya yang telah kubacakan doa ikhlash ku untuk ibuku.
Suasana yang kurasakan malam itu sungguh sangat berbeda. Hening namun terasa kesyahduannya. Malam yang tak akan pernah kulupakan sepanjang hidupku.
Gurat-gurat wajah tuanya, terlihat jelas. Bukti ‘keperkasaannya’ mengarungi hidup yang keras ini untuk mendidik dan menjadikan anak-anaknya manusia yang berakhlaq.
-----0-----
Butiran keringat tampak didahinya. Nampak sekali kalau ia sedang menahan rasa sakitnya. Kali ini aku langsung beranjak keluar rumah untuk mengambil kursi roda, setelah beberapa kali kuajak untuk kedokter namun ia selalu menolaknya.
“umi, yuk kita kedokter sekarang” ajakku sambil ku gendong tubuhnya untuk bisa duduk dikursi roda. Saat itu menunjukkan pukul 01.30.
“kamu tunggu dirumah aja ya, jaga anak-anak” perintahku pada istriku yang juga masih terjaga.
Ku ayunkan langkahku mendorong kursi roda yang dinaiki ibuku menuju klinik 24 jam. Dinginnya malam tak menghalangi niat bulatku.
“malam sus” sapaku pada petugas jaga malam di klinik tersebut. “dokternya ada..?” tanyaku basa-basi, sambil kudorong kursi roda tersebut menuju ruang praktek dokter. Petugas malam itu hanya mengganggukkan kepala dan segera menghampiri dan menemaniku keruang dokter.
“malam dok, ada pasien” seloroh suster setelah membukakan pintu ruang praktek dokter.
Lega rasanya setibanya diruangan dokter, berharap ibuku dapat ditangani dengan segera.
Setelah dokter memeriksa keadaannya ia pun langsung berkata, “bapak sebaiknya bawa ibu kerumah sakit sekarang”. Duarrr… menggelegar jantungku mendengar pernyataan dokter itu. “pasti ada sesuatu yang serius pada ibuku” bisikku dalam hati.
“Tunggu sebentar dok, saya telpon saudara-saudara saya” lanjutku.
“gak.. gak usah, nanti aja” sergah sang dokter melarangku dan menyuruhku untuk segera pergi kerumah sakit terdekat. Dan dokter itupun segera berlari keluar klinik untuk memanggil taksi untuk membawa ibuku kerumah sakit.
“bapak telponnya dirumah sakit aja. Sekarang yang penting ibu bapak harus segera ditangani dirumah sakit . ibu bapak ada masalah yang serius di lambungnya” dokter terus saja nyerocos, memberitahukan kondisi ibu saya.
“Saya titip kursi roda ya dok” pintaku. “bapak tenang saja, disini aman”
.….000……
Taksi melesat kencang menuju rumah sakit Pelni petamburan..
Ibuku langsung ditangani di UGD, keesokkan harinya langsung diambil tindakan operasi.
Lambungnya bocor.
Selesai operasi, ibuku harus menjalani perawatan di ICU…
Hanya sebelas hari saja.
Pada hari jum’at, tanggal 27 Mei 2005 ibuku menghembuskan nafasnya yang terakhir..
..
Rupanya malam itu, adalah malam terakhir ummi bersama keluargaku..
Dan pada hari itu, tetangga sekitarpun sudah di salami (dikunjungi) satu persatu. Hari itu ibuku berkeliling kerumah tetangga, dengan berpakaian gamis putih-putih, hanya untuk bersilaturrahmi.
“bu haji mau kemana..?” sebagian dari mereka berkata demikian.
Pagi dan siang itu sudah dua kali mendatangi rumahku hanya untuk melihat keadaan anak-anakku.
“Allahummaghfirlaha warhamha wa’afihi wa’fuanha”
Ya Allah, ampunilah ibuku, kasih sangilah ibuku, dan maafkanlah segala salah dan khilafnya, lapangkan kuburnya, jadikan kuburnya sebagai taman surgaMu, terimalah sekecil apapun amal-amalnya. Amiin Ya Robbal ‘Alamin.
Assalamu’alaikum Warahmatullahi Wabarakatuh..
Alhamdulillah, washsholatu wassalamu ‘ala Rosulillah wa ba’du
Kebanyakan orang sekarang selalu mempertanyakan segala hal yang tidak dipahami oleh akal pikirannya, selalu memperdebatkan segala hal yang tidak sesuai dengan logikanya, selalu mencari-cari alasan agar argumennya dapat diterima dan terkesan memaksakan kehendak. Ia tidak berfikir sebaliknya, bahwa orang lainpun bisa bersikap sama. Dan ketika ia berhadapan dengan orang yang satu tipe, satu karakter, maka perdebatan sengitlah yang terjadi, karena masing-masing merasa bahwa pandangannya, pendapatnya, argumennya adalah yang paling benar.
Perlu untuk dipahami, bahwa tidak semua akal dapat kita benarkan, tidak semua logika berfikir harus kita perturutkan, apalagi ia menyangkut akidah, pemahaman tentang keimanan, dasar-dasar keagamaan dan syariat yang harus dijalankan. Kita harus perpegang pada satu aturan yang benar, aturan yang dibuat bukan untuk kepentingan pribadi, namun aturan itu menyangkut kemaslahatan seluruh alam, aturan yang dibuat oleh Sang Pencipta. Bila disiplin ilmu kita bukan pada bidang yang kita kuasai, janganlah kita coba-coba untuk memperdebatkan aturan yang ada. BERBAHAYA. Karena ia akan menyebabkan kita ingkar pada aturan yang telah ditetapkan. Kita ingkar pada aturan Allah SWT. Tidak ada satu kelompokpun yang mengingkari aturan Allah SWT, kecuali ia adalah orang kafir. Karena hanya orang kafirlah yang tidak pernah mau mengikuti aturan Allah SWT, dan meragukan kebenaran aturan Allah SWT, yaitu Al Qur’an.
Adapun dasar keimanan kita adalah sami’na wa atho’na, kami dengar dan kami taati.
Kalau kita yakin bahwa Al Qur’an benar, bahwa Al Qur’an adalah kalam Ilahi, maka tanamkan dalam hati, kuatkan keyakinan dengan landasan dasar tadi yaitu sami’na wa atho’na.
Lho.. kenapa mesti begitu..? mungkin pertanyaan ini yang timbul dalam benak kita. Bila memang demikian, kita kembali pada uraian singkat diatas, bahwa, apabila kita sedang berhadapan dengan sesuatu yang bukan bagian dari disiplin ilmu kita, maka sangat tidak layak bagi kita untuk mendebatnya, atau sekedar bertanya-tanya yang pada akhirnya mengakibatkan pengingkaran dan semakin jauh dari keyakinan dasar kita tadi.
Sebagai contoh, bila di dalam Al Qur’an kita diwajibkan untuk berpuasa, maka laksanakanlah sesuai dengan aturan yang telah ditetapkan. Jangan memakai kekuatan logika (yang bisa berubah-ubah), bahwa berpuasa hanya membuat badan menjadi lemah, aktifitas menjadi terhambat dan lain sebagainya. Logika yang kita gunakan sesungguhnya adalah bentuk ‘pengingkaran’ terhadap aturan Allah SWT.
Apabila kita belum bisa untuk mengikuti aturan yang telah ditetapkan, diam adalah jauh lebih baik dari pada mendebat apalagi mencela. Hanya orang bodohlah yang mendebat, apalagi mencela sesuatu hal yang bukan bidangnya. Betapa banyak saat ini kita lihat disekitar kita, orang-orang memperdebatkan hal-hal yang diluar kemampuannya.
Contoh lainnya adalah ketika kita diperintahkan untuk menutup aurat, disinilah banyak orang mempertanyakannya, memperdebatkannya dan bahkan membuat-buat alasan yang sesuai dengan logikanya. Ketika semua argumennya dapat dimentahkan maka senjata pamungkasnya adalah ‘yang penting hatinya bersih’. Padahal apa yang terlihat adalah mencerminkan hati, walaupun ada beberapa orang yang berbeda antara penampilan dengan hatinya (mudah-mudahan ini tidak dijadikan alasan lainnya untuk membenarkan pendapatnya). Kalau kita selalu berpendapat bahwa ‘yang penting hatinya bersih’, pertanyaan berikutnya adalah, buat apa kita sholat, buat apa kita puasa, dan bahkan buat apa kita berbuat baik pada orang lain kalau hati kita tidak bersih. Sungguh alasan yang mengada-ada.
Berdoalah kepada Allah SWT, agar kita bisa mengikuti aturanNya. Itu saja sebagai tahapan awal.
Rabbana la tuzigh qulubana ba’da iz hadaitana wahab lana mil ladunka rahmah, innaka antal wahab.
“Ya Tuhan kami, janganlah Engkau jadikan hati kami condong kepada kesesatan sesudah Engkau beri petunjuk kepada kami, dan karuniakanlah kepada kami rahmat dari sisi Engkau; karena sesungguhnya Engkau-lah Maha Pemberi (karunia)”. (QS:3 Ali Imron:8)
Wassalamu’alaikum Warahmatullahi Wabarakatuh
Sam (8 April 2011)
Haul 6 tahun
Pada Jum’at, 27 Mei 2005
Tepat enam tahun yang lalu Ummi (panggilan untuk ibuku) wafat
Hari yang sama, hari Jum’at
Hari yang mulia
Ibunya hari
Hari yang sangat banyak fadhilahnya
Harinya awwal
Harinya akhir
Hari besarnya ummat muslim
Ummi adalah sosok manusia biasa namun luar biasa
Ummi adalah sosok manusia sederhana namun mulia
Allah muliakan pada hari akhirnya
Allah wafatkan pada hari yang mulia
Diriwayatkan oleh Ibnu Amru, bahwa Rasulullah SAW bersabda:
"Setiap muslim yang mati pada siang hari Jum'at atau malamnya, niscaya Allah akan menyelamatkannya dari fitnah kubur". (HR. Ahmad dan Tirmizi, dinilai shahih oleh Al-Bani).
Allahummaghfirlaha warhamha wa’afihi wa’fu’anha
Semoga kemuliaan juga menyelimuti kami,
Anak-anaknya,
Cucu-cucunya,
Cicit-cicitnya,
dan seterusnya.
Allahumma aamiin
Sam
Jum’at, 27 Mei 2011
Setiap manusia boleh merasa dirinya benar, tindak tanduk dan tingkah lakunya benar. Akan tetapi jangan paksakan orang lain untuk membenarkan diri Anda, tindak tanduk dan tingkah laku Anda, karena orang lainpun punya kebenaran yang dianggapnya paling benar.
Kebenaran yang Anda yakini benar itu adalah baik, tapi apabila sekeliling Anda tidak membenarkan kebenaran yang Anda yakini, seyogyanyalah Anda untuk melihat kembali kebenaran yang Anda yakini tersebut, boleh jadi kebenaran yang Anda anggap paling benar itu hanya dibenarkan oleh emosi dan ego Anda.
Coba tengok pendapat naluri Anda ketika kondisi Anda dalam keadaan tenang. Tanyakan pada naluri Anda apakah kebenaran yang tadinya Anda yakini benar adalah benar-benar benar, atau malah sebaliknya. Bandingkan juga dengan pendapat orang lain yang tidak membenarkan pendapat Anda. Lepaskan jubah emosional Anda untuk menilai dua pendapat tadi.
Jika yang Anda temukan adalah bahwa kebenaran yang Anda yakini perlu dikoreksi lagi, maka jangan sungkan-sungkan untuk segera mengoreksinya. Akan tetapi apabila Anda enggan mengoreksinya dan mencari dalil-dalil baru untuk pembenaran pendapat Anda, maka ada hal yang perlu diperbaiki dari diri Anda. Dan jika pun Anda tidak hendak memperbaiki diri atau 'diperbaiki' oleh orang lain, maka yang dapat dikatakan kepada Anda adalah "Hiduplah dengan gaya Anda Sendiri!" atau "Hiduplah semaumu!" dan tidak perlu mendengar, meminta pendapat dari orang lain, karena pendapat dari naluri Anda sendiri saja tidak Anda hiraukan. Dan itu artinya Andapun jangan pernah memberikan pendapat tentang kebenaran yang diyakini oleh orang lain.
Kebenaran yang hakiki adalah milik Allah semata. pen.
8 April 2010
Sam
Allah tidak pernah mencabut sesuatu dari Anda, kecuali Dia menggantinya dengan yang lebih baik. Tetapi, itu terjadi apabila Anda bersabar dan tetap ridho dengan segala ketetapan-Nya.
Maka, Anda tidak usah terlalu bersedih dengan musibah yang menimpa Anda, sebab yang menentukan semua itu adalah Dzat Yang Memiliki Surga, balasan, pengganti dan ganjaran yang besar.
Betapapun, kita harus selalu melihat dan yakin bahwa dibalik musibah terdapat ganti dan balasan dari Allah yang akan selalu berujung pada kebaikan kita. Dengan begitu kita termasuk : "Mereka itulah yang mendapat petunjuk yang sempurna dan rahmat dari Rabb mereka, dan mereka itulah orang-orang yang mendapat petunjuk" (Al Baqarah 2:157)
Ini merupakan ucapan selamat bagi orang-orang yang mendapat musibah dan kabar gembira bagi orang-orang yang mendapat bencana.
Wahai orang-orang yang tertimpa musibah, sesungguhnya tak ada sesuatupun yang hilang dari kalian. Kalian justru beruntung, karena Allah selalu menurunkan sesuatu kepada hamba-hamba dengan "surat ketetapan" yang di sela-sela huruf kalimatNya terdapat sesuatu kelembutan, empati, pahala, ada balasan dan juga pilihan.
Maka dari itu, siapa saja yang tertimpa musibah yang hebat, ia harus menghadapinya dengan sabar, mata yang jernih dan pola pikir yang panjang. Dengan begitu, ia akan menyaksikan bahwa buah manis dari musibah itu adalah : "Lalu, diadakan diantara mereka dinding yang mempunyai pintu, disebelah dalamnya ada rahmat dan disebelah luarnya dari situ ada siksa" (Al Hadid 57:13)
Dan sesungguhnya apa yang ada disisi Allah itu lebih baik dan lebih utama.
Mohon Maaf
Assalamu'alaykum, Di hari yang mulia ini Di hari yang telah lalu dan yang akan datang Mohon maaf atas segala salah dan khilaf Mohon maaf...
-
Awal waktu menyembelih hewan kurban Awal waktu menyembelih hewan kurban adalah setelah dilaksanakan shalat Idul Adha bagi orang-orang yang...
-
Betul! Judul itu ditujukan khusus untuk kaum ibu. Kaum yang secara kejiwaan, umumnya amat rentan bila harus kehilangan suami. Entah ...
-
Harusnya tambah umur itu tambah bijak. Setidaknya dalam bertutur, bersikap atau dalam hal apapun. Masa-masa lebay bin alay kan sudah dilalui...