Malam terakhir

“Lho..lho..lhoo.., umi ada apa malam-malam kesini” sahutku kaget melihat ummi – panggilan untuk ibuku – yang tiba-tiba sudah ada didepan rumah kontrakkanku dengan berpakaian rapi layaknya hendak pergi ke suatu acara.

“gak ada apa-apa” sahutnya pelan dan langsung masuk ke rumahku.

“ummi mau nginep disini” lanjutnya, dan langsung duduk diruang depan, dimana dihamparkan kasur palembang yang memang dipakai untuk anak-anak tidur bila malam telah tiba. Istriku yang sejak tadi masih asik menonton acara tivi pun terkejut dengan kehadiran ibu mertua yang sangat dicintainya itu. Kami pun berbincang-bincang seputar urusan keluarga dan beberapa masalah yang belum terpecahkan. Aku yang sejak tadi bertelanjang dada terus mendengarkan dengan seksama kata-kata yang keluar dari mulut manis ibuku. Terlihat jelas kelelahan dari raut wajahnya. Sosok yang pekerja keras tanpa pamrih. Doa tulus nya menghantarkan kami anak-anaknya menjadi manusia yang berakhlaq. Banyak contoh tauladan yang diberikan oleh ibuku.



“umi, aku mandi dulu ya” sahutku pada ibuku. Kutinggalkan ibuku yang masih bercengkrama dengan istriku. Banyak hal yang disampaikannya pada istriku.

Setelah selesai mandi, segera aku berwudhu untuk menjalankan sholat Isya. Malam itu sekitar pukul 11.30. Banyak doa yang kupanjatkan malam itu, hingga selesai tengah malam.

Kuhampiri ibuku yang masih terjaga. Terlihat pucat diwajahnya. Ku pijat-pijat punggungnya sambil terus meringis menahan sakit. Entah apa yang dirasakannya. Disandarkannya tubuh lemahnya didinding rumahku dan di selonjorkan kakinya lurus. Kini giliran kakinya kupijat.

Sekitar pukul satu tengah malam, ku ambil segelas air dan kupanjatkan doa, berharap diberi kesembuhan pada ibuku yang kini terkulai semakin lemah, sambil sesekali memegang perutnya.

Oohh rupanya sakit itu berasal dari perutnya.

“Bismillah..” lirihnya sambil menenggak segelas air yang kusuguhkan untuknya yang telah kubacakan doa ikhlash ku untuk ibuku.

Suasana yang kurasakan malam itu sungguh sangat berbeda. Hening namun terasa kesyahduannya. Malam yang tak akan pernah kulupakan sepanjang hidupku.



Gurat-gurat wajah tuanya, terlihat jelas. Bukti ‘keperkasaannya’ mengarungi hidup yang keras ini untuk mendidik dan menjadikan anak-anaknya manusia yang berakhlaq.



-----0-----



Butiran keringat tampak didahinya. Nampak sekali kalau ia sedang menahan rasa sakitnya. Kali ini aku langsung beranjak keluar rumah untuk mengambil kursi roda, setelah beberapa kali kuajak untuk kedokter namun ia selalu menolaknya.

“umi, yuk kita kedokter sekarang” ajakku sambil ku gendong tubuhnya untuk bisa duduk dikursi roda. Saat itu menunjukkan pukul 01.30.

“kamu tunggu dirumah aja ya, jaga anak-anak” perintahku pada istriku yang juga masih terjaga.

Ku ayunkan langkahku mendorong kursi roda yang dinaiki ibuku menuju klinik 24 jam. Dinginnya malam tak menghalangi niat bulatku.



“malam sus” sapaku pada petugas jaga malam di klinik tersebut. “dokternya ada..?” tanyaku basa-basi, sambil kudorong kursi roda tersebut menuju ruang praktek dokter. Petugas malam itu hanya mengganggukkan kepala dan segera menghampiri dan menemaniku keruang dokter.

“malam dok, ada pasien” seloroh suster setelah membukakan pintu ruang praktek dokter.

Lega rasanya setibanya diruangan dokter, berharap ibuku dapat ditangani dengan segera.



Setelah dokter memeriksa keadaannya ia pun langsung berkata, “bapak sebaiknya bawa ibu kerumah sakit sekarang”. Duarrr… menggelegar jantungku mendengar pernyataan dokter itu. “pasti ada sesuatu yang serius pada ibuku” bisikku dalam hati.

“Tunggu sebentar dok, saya telpon saudara-saudara saya” lanjutku.

“gak.. gak usah, nanti aja” sergah sang dokter melarangku dan menyuruhku untuk segera pergi kerumah sakit terdekat. Dan dokter itupun segera berlari keluar klinik untuk memanggil taksi untuk membawa ibuku kerumah sakit.

“bapak telponnya dirumah sakit aja. Sekarang yang penting ibu bapak harus segera ditangani dirumah sakit . ibu bapak ada masalah yang serius di lambungnya” dokter terus saja nyerocos, memberitahukan kondisi ibu saya.

“Saya titip kursi roda ya dok” pintaku. “bapak tenang saja, disini aman”



.….000……



Taksi melesat kencang menuju rumah sakit Pelni petamburan..

Ibuku langsung ditangani di UGD, keesokkan harinya langsung diambil tindakan operasi.

Lambungnya bocor.

Selesai operasi, ibuku harus menjalani perawatan di ICU…

Hanya sebelas hari saja.

Pada hari jum’at, tanggal 27 Mei 2005 ibuku menghembuskan nafasnya yang terakhir..

..



Rupanya malam itu, adalah malam terakhir ummi bersama keluargaku..

Dan pada hari itu, tetangga sekitarpun sudah di salami (dikunjungi) satu persatu. Hari itu ibuku berkeliling kerumah tetangga, dengan berpakaian gamis putih-putih, hanya untuk bersilaturrahmi.

“bu haji mau kemana..?” sebagian dari mereka berkata demikian.

Pagi dan siang itu sudah dua kali mendatangi rumahku hanya untuk melihat keadaan anak-anakku.



“Allahummaghfirlaha warhamha wa’afihi wa’fuanha”

Ya Allah, ampunilah ibuku, kasih sangilah ibuku, dan maafkanlah segala salah dan khilafnya, lapangkan kuburnya, jadikan kuburnya sebagai taman surgaMu, terimalah sekecil apapun amal-amalnya. Amiin Ya Robbal ‘Alamin.

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Jadilah penghapal Alquran

Kita akan segera dilupakan!