..renungan..
Sebut saja namanya Tika,
Tika adalah penderita kanker, yang menurut dokter bisa bertahan selama 6 bulan.
Tika yang sehari-hari ceria, saat mengetahui tentang kondisi penyakitnya, dan vonis dokter, hari-harinya diisi dengan tangisan. Sepanjang hari.
Entah apa maksud dari tangisan tersebut, apakah karena vonis yang dijatuhkan untuk dirinya karena hidupnya tidak lama lagi, atau karena penyesalan yang teramat dalam atas apa yang telah dilakukannya, atau karena ia belum berbuat banyak selama ini, yang bisa menjadi manfaat bagi orang lain. Entahlah. Tidak ada yang tahu. Karena ia tidak bercerita. Hari-harinya dihabiskan untuk menangis dan mengurung diri dikamar. Sanak saudara yang berkunjung pun tak pernah berani untuk berkata banyak. Takut menyinggung, katanya. Maklumlah kondisi Tika bukan dalam kondisi yang baik untuk menerima masukan, nasehat dlsbg. Ia hanya butuh support, dan itupun harus disampaikan dengan sangat santun dan hati-hati sekali.
Lain hal nya dengan Jono, sebut saja begitu. Ia tampak aktif dalam kesehariannya, walaupun dokter memvonis sisa umurnya tinggal 3 bulan lagi, karena penyakit yang dideritanya.
Ia berpendapat bahwa dokter bisa saja salah, walaupun dengan perhitungan yang ‘super’ matang. Dokter tetaplah seorang manusia. Dia bukan Tuhan, yang dapat menentukan umur seseorang. Namun walaupun demikian, Jono tetaplah Jono, seorang manusia biasa, yang apabila mendapat informasi yang kurang baik (atau yang mengejutkan) tentulah sedikit banyak mempengaruhi jiwanya. Jono yang dikenal suka menunda-nunda berbuat kebaikan, kini menjadi Jono yang terdepan. Dan ia akan terus berusaha melakukan yang terbaik, yang bermanfaat bagi banyak orang. Termasuk ibadahnya semakin hebat. Tidak hanya yang wajib, yang sunah pun dikerjakannya.
Dua tipe yang berbeda.
Haruskah kita berlaku seperti itu, ketika kita diberikan informasi tentang umur kita ?
tentang berapa lama lagi kita akan menjalani hidup ?
Dan bahkan ada yang hidup semaunya, ketika ia divonis hidupnya tidak akan lama lagi.
Orang tuanya membebaskannya, memberikan segala apa yang dimintanya. Dengan kata lain memberikan ‘kebahagian’ semasa hibupnya. Mumpung masih hidup, katanya.
Yang jadi pertanyaan besar adalah siapa yang harus lebih khawatir, orang yang tahu hidupnya sebentar lagi atau orang yang tidak tahu kapan masa hidupnya berakhir ?
Kita-kita lah yang tidak tahu kapan hidup kita akan berakhir.
Mungkin tahun depan
Mungkin bulan depan
Mungkin minggu depan
Mungkin besok
Atau bahkan mungkin hari ini kita tidak sampai kerumah, menemui orang-orang yang kita cintai.
Apa yang sudah kita persiapkan?
Haruskah kita menunggu vonis dari dokter ?
Sam - 21 September 2010
Artikel yang dimuat dihalaman ini bisa berupa apa saja, dari motivasi diri sampai perbaikan akhlaq. Saya hanya berupaya untuk bisa sharing ke semua orang tanpa terkecuali, dan saya mengharapkan feed back yang positif, karena sesungguhnya motivasi diri dan perbaikan akhlaq yang dimaksud adalah lebih dikhususkan utk diri saya sendiri dan keluarga dan mudah2an bisa bermanfaat utk siapa saja tanpa bermaksud menasehati apalagi mengurui. Opps... ada juga yang copas. Afwan*
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
Mohon Maaf
Assalamu'alaykum, Di hari yang mulia ini Di hari yang telah lalu dan yang akan datang Mohon maaf atas segala salah dan khilaf Mohon maaf...
-
Di dalam bukunya yang berjudul “Kisah Dajjal dan Turunnya Nabi Isa ‘alahissalam Untuk Membunuhnya”, Syaikh Muhammad Nashiruddin Al-Albani ra...
-
oleh Mashadi Sikap orang Yahudi dan Nasrani berbeda. Sekalipun di antara mereka terhadap kaum Muslimin memiliki kesepakatan. Orang Yahud...
-
Jadilah diri sendiri... Gampang memang cara ngungkapinnya, dan banyak orang bahkan bisa ngomong kata-kata kayak gitu, padahal pada kenyataan...
Tidak ada komentar:
Posting Komentar