Kamu dokter ?

Iya.
Saya cuma tanya kamu itu dokter apa bukan?
Boleh tahu dokter apa ?
Dokter umum apa dokter spesialis ?
Kalau kamu bilang dokter spesialis, spesialis apa ?
Sebelum jadi dokter spesialis, berarti kamu telah melewati phase menjadi dokter umum, atau setidaknya telah menyelesaikan pelajaran tentang kedokteran umum, bener gak sih?!
Maap deh kalau salah. Saya cuma tanya dan mengira-ngira.
Kalau memang benar harus menyelesaikan pelajaran untuk jadi dokter umum, berarti dokter spesialis itu lebih tinggi dong 'level' nya dibanding dokter umum. Bener gak, atau malah makin ngawur ?!
Sekali lagi maklumin yah...
Setahu saya, dokter umum akan merujuk pasiennya untuk berkonsultasi dengan dokter spesialis, sesuai dengan keluhan penyakitnya. Itu artinya, penyakit yang diderita si pasien diluar kemampuannya. Dokter umum tidak memaksakan diri memberikan obat yang diluar bidang ke-ilmuannya walaupun bisa jadi secara garis besar ia mengetahuinya. Itulah sebabnya ia memberikan surat rujukan ke dokter spesialis.

Apa sih maksudnya mempertanyakan masalah ini?! Kayak kurang kerjaan aja.
Emang bener sih, lagi kurang kerjaan, makanya nulis yang kayak gini.

'Sepinter' apapun kamu, kalau belom pernah kuliah dan lulus di fakultas kedokteran, atau (mungkin) pernah kuliah namun gak sampai lulus, maka gelar dokter kamu gak ada, dan ke-ilmu-an kamu tidak diakui. Apalagi kamu cuma baca-baca tentang buku-buku kesehatan doang. Sebanyak dan setebal apapun buku-buku kesehatan yang kamu baca, tidak serta merta kamu bisa dikatakan bahwa kamu adalah seorang dokter, lalu dengan mudahnya kamu mendiagnosa keluhan orang, dan memaksa orang untuk mengikuti saran dan nasehat mu. Justru sebaliknya kamu sarankan saja untuk segera berkonsultasi dengan seorang dokter sungguhan.

Iya sih, emang begitu seharusnya.
Trus, maksudnya apa dengan tulisan ini?

Itu cuma ilustrasi.

Begini bro and sis.
Belakangan ini makin marak orang awam, orang yang tidak berkompeten, dengan mudahnya membid'ahkan amalan orang lain, dan memaksakan kehendak bahwa pendapanyalah yang benar. 
Iya ini tentang agama. Dan saya memang bertujuan membicarakan masalah ini.
Kalau memang berkemampuan atau memiliki ilmu pengetahuan yang luas, tentunya mereka tidak akan membahas masalah khilafiyah seperti ini yang bisa membingungkan umat. Masalah khilafiyah atau perbedaan dalam penetapan atau mengamalkan suatu amalan sudah jadi bahasan ulama terdahulu dan sudah dijawab tuntas. Ehhh tau-tau sekarang mereka seakan menutup itu semua (segala khilafiyah), dan 'menggunjingkannya' lagi. Mereka menganggap bahwa si pelaku bid'ah dan ulamanya tidak mengikuti dan memahami Al Qur'an dan Sunnah.

Udah baca kan ilustrasi diatas tentang dokter?, nah kayak gitu tu... persis.
Kalau cuma modal paket internet, trus googling sono-sini cari-cari dalil yang sesuai kemauannya mah gampang banget. Coba deh berkali-kali (bukan sekali-kali loh ya), ngajinya offline, artinya bertatap muka langsung sama guru, bahas kitab, mulai dari awal hingga khatam. InsyaAllah bakal paham. Kalau gak paham kan bisa nanya, maksud dari ayat atau hadist yang lagi dibahas, bukan malah menafsirkan ayat atau hadist berdasarkan logika dan pemahamannya sendiri yang tanpa mempunyai ilmu tentang itu semua. Sampai sini ngerti kan ?!

Belom ngerti juga ?
Gini deh gampangnya. Walaupun kamu seorang sarjana sampai S3 sekalipun, kamu harus sadar bidang pendidikan apa yang kamu tekuni. Jangan ngebahas terlalu dalam yang bukan bidangmu, kecuali kamu mau menekuninya dan mempelajarinya dari awal, bukan dari tengah-tengah apalagi cuma comot sono comot sini aja. 
Mudah-mudahan sampai sini udah agak mudeng.

_

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Jadilah penghapal Alquran

Kita akan segera dilupakan!