29 Desember 2011

Perbedaan Kita Dengan Mereka

oleh Mashadi

Sikap orang Yahudi dan Nasrani berbeda. Sekalipun di antara mereka terhadap kaum Muslimin memiliki kesepakatan. Orang Yahudi melakukan peperangan dengan kata-kata dan perang pisik, yang dilandasi oleh kebencian dan kedengkian serta dusta, yang tidak akan pernah berhenti. Sepanjang kehidupan ini.
Sedangkan orang Nasrani mendukungnya dan mengikuti jejak orang Yahudi, yang menghalangi-halangi manusia beriman kepada agama Allah Rabbul Alamin, al-haq (Islam). Orang Yahudi dan Nasrani satu dengan lainnya, saling tolong-menolong dan melindungi di antara mereka.

Ketika Abu Bakar memasuki Baitul Maqdis (al-Aqsha), ia menjumpai sekelompok orang Yahudi sedang berkumpul dengan seorang pendeta mereka yang bernama Fanhas. Abu Bakar berkata:
"Celakalah engkau. Hai Fanhas! Bertaqwalah kepada Allah dan masuklah dalam agama Islam. Wallahi. Engkau benar-benar telah mengetahui bahwa Muhammad adalah Rasul Allah. Ia datang kepada kaum dengan membawa kebenaran dari sisi-Nya yang tertulis di dalam Taurat dan Injil".
Pendeta Fanhas menjawab dengan sombong:
"Wallahi. Hai Abu Bakar. Kita tidak membutuhkan Allah. Justru Dia lah yang menghajatkan kita. Kita tidak tunduk kepada-Nya, sebagaimana Ia tunduk kepada kita. Kita tidak memerlukan Dia. Jika memang Allah itu kaya, tentu Dia tidak meminjam kepada kita seperti yang dikatakan oleh temanmu (Muhammad) itu. Dia melarang kamu dari riba dan membolehkannya buat kami. Sekiranya Dia kaya, tentu Dia tidak memberikan riba itu kepada kami!".

Mendengar perkataan Fanhas itu, Abu Bakar sangat marah. ia memukul muka Fanhas dengan sangat keras, sambil berkarta: "Demi Dzat Yang jiwaku di tangan-Nya. Jika tidak ada perjanjian di antara kita, pasti aku sudah membunuhmu, hai musuh Allah!". Kemudian, Fanhas melaporkan kejadian ini kepada Rasulullah. Setelah beliau menanyakannya kepada Abu Bakar, maka Abu Bakar menjawab: "Wahai Rasulullah. Sesungguhnya Fanhas telah menghina Allah!". Tetapi, Fanhas menolak dan tidak mengakuinya. Kemudian turunlah ayat berikut:
لَّقَدْ سَمِعَ اللّهُ قَوْلَ الَّذِينَ قَالُواْ إِنَّ اللّهَ فَقِيرٌ وَنَحْنُ أَغْنِيَاء سَنَكْتُبُ مَا قَالُواْ وَقَتْلَهُمُ الأَنبِيَاء بِغَيْرِ حَقٍّ وَنَقُولُ ذُوقُواْ عَذَابَ الْحَرِيقِ ﴿١٨١﴾
"Sesungguhnya Allah telah mendengar perkataan orang-orang yang mengatakan, 'Sesungguhnya Allah miskin dan kami kaya'. Kami telah mencatat perkataan mereka itu dan perbuatan mereka membunuh Nabi-Nabi tanpa alasan yang benar, dan Kami akan mengatakan (kepada mereka), 'rasakanlah oleh azab yang membakar'."(QS. al-Imran [3] : 181)
Sepanjang sejarah mereka terus membuat rencana, gerakan, makar, dan permusuhan, kedengkian yang amat sangat terhadap orang Mukmin. Mereka tidak akan pernah berhenti memusuhi dan memerangi orang-orang Mukmin. Karena kesesatan mereka dalam masalah aqidah, yang berpangkal dari kesombongan mereka. Orang Yahudi dan Nasrani, satu dengan lainnya saling tolong menolong dan melindungi di antara mereka. Karena keduanya musyrik.

Mereka akan senantiasa menghalang-halangi manusia menuju jalan Allah. Mereka tidak suka melihat manusia berbondog-bondong masuk ke dalam agama Allah. Karena itu, mereka membuat makar, dan berbagai cara, sebagai "wasilah" untuk menghalangi manusia kepada jalan kebenaran (al-haq).
Segala bentuk kedurhakaan, kemaksiatan, kemunkaran, kesesatan, penyelewengan, dan dosa, serta peperangan adalah produk dari mereka, Yahudi dan Nasrani. Mereka terus menghalangi-halangi manusia menuju jalan Allah dengan sangat keji. Sebagaimana mereka menciptakan permusuhan terhadap kaum Aus dan Khazraj, yang telah masuk ke dalam agama Islam. Firman-Nya:
قُلْ يَا أَهْلَ الْكِتَابِ لِمَ تَصُدُّونَ عَن سَبِيلِ اللّهِ مَنْ آمَنَ تَبْغُونَهَا عِوَجًا وَأَنتُمْ شُهَدَاء وَمَا اللّهُ بِغَافِلٍ عَمَّا تَعْمَلُونَ ﴿٩٩﴾يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوَاْ إِن تُطِيعُواْ فَرِيقًا مِّنَ الَّذِينَ أُوتُواْ الْكِتَابَ يَرُدُّوكُم بَعْدَ إِيمَانِكُمْ كَافِرِينَ ﴿١٠٠﴾
"Katakanlah, 'Hai Ahli Kitab, mengapa kamu menghalangi dari jalan Allah orang-orang yang telah beriman, kamu menghendaki menjadi bengkok, padahal kamu menyaksikan? Allah sekali-kali tidak lalai dari apa yang kamu kerjakan'. Hai orang-orang yang beriman, jika kamu mengkuti sebagian dari orang-orang yang diberi al-Kitab, niscaya mereka akan mengembalikan kamu menjadi orang kafir sesudah kamu beriman". (QS. al-Imran [3] : 99-100)

Orang-orang Yahudi itu, mereka menginginkan agar orang-orang Nasrani tetap dalam kesesatannya, dan musyrik terhadap agama Allah, serta tidak ingin orang-orang Nasrani mengikuti agama Islam. Orang-orang Yahudi memasukkan kesesatan ke dalam agama Nasrani, dan karena mereka bersama-sama memusuhi agama Allah, al-Islam.
قُلْ يَا أَهْلَ الْكِتَابِ لاَ تَغْلُواْ فِي دِينِكُمْ غَيْرَ الْحَقِّ وَلاَ تَتَّبِعُواْ أَهْوَاء قَوْمٍ قَدْ ضَلُّواْ مِن قَبْلُ وَأَضَلُّواْ كَثِيرًا وَضَلُّواْ عَن سَوَاء السَّبِيلِ ﴿٧٧﴾
"Katakanlah, 'Hai Ahli Kitab, janganlah kamu berlebih-lebihan (melampui batas) dengan cara yang tidak benar dalam agamamu. Dan janganlah kamu mengikuti hawa nafsu orang-orang yang telah sesat dahulunya (sebelum kedatangan Muhammad) dan mereka telah menyesatkan kebanyakan (manusia), dan mereka tersesat dari jalan yang lurus'."(QS. al-Maidah [5] : 77)

Itulah sebabnya mengapa al-Qur'an menyebutkan tentang orang-orang Yahudi begitu keras. Yakni dengan menyebutkan sejarah mereka, mengungkap sifat-sifat mereka dan kerusakan hati mereka, karena dipenuhi dengan kedengkian, khianat, nafsu, serta penuh dengan tipu daya. Sama hal nya itu, dan hal itu juga dilakukan oleh orang-orang Nasrani.

Maka, menghadapi mereka yang sangat sombong dengan penuh permusuhan dan kedengkian, serta sikap khianat itu, kita orang-orang Mukmin, kita harus ikhlas kecintaan kepada Rabbul Alamin. Mengarahkan (mengorientasikan) hidup kita hanya untuk menyembah, taat, tunduk, berbakti, berserah diri hanya kepada Allah Rabbul Alamin.
Orang-orang Mukmin harus menjadi antitesa dari mereka (orang-orang musyrik), Yahudi dan Nasrani, yang hidupnya hanyalah untuk kepentingan dunia dan kenikmatan dunia. Sampai-sampai mereka mengatakan bahwa Allah itu miskin, dan berhutang kepada mereka. Itulah bentuk kesombongan yang sangat luar biasa terhadap Allah Rabbul Alamin. Itulah perbedaan antara kita (orang-orang Mukmin) dengan mereka (orang-orang musyrik - Yahudi dan Nasrani).

Sa'ad bin Abi Waqqash ra sebelum pecah perang Qadisiyah, mengutus Rib'iy bin Amir untuk menghadap Rustum, panglima perang Persia. Maka Rib'iy menghadap Rustum yang tengah duduk diatas singgasananya yang bertahtakan emas berlian dalam ruangan yang penuh dengan hiasan indah dan mewah. Rib'iy memasuki ruangan istana Rustum dengan pakaian yang kasar sambil menyandang alat perang, dan tetap menaiki kudanya, sehigga merusak permadani yang sangat tebal dan indah Rustum. Setelah mengikatkan kudanya yang pendek ke salah satu ujung kain bantal Rustum, ia menghadapnya dengan tetap tidak merubah penampilannya.

Para pengawal Rustum menegurnya, "Letakkan senjatamu!". Mendengar teguran itu, Rib'iy berkata, "Aku datang ke sini karena diundang kalian. Kalau kalian tidak suka dengan penampilanku seperti ini, aku akan kembali". Rustum angakat bicara, "Biarnkanlah dia!". Maka Rib'iy berdiri dihadapan Rustum sembari bersandar pada tombaknya.
"Apa yang engkau bawa?" tanya Rustum. Rib'iy menjelaskan, "Allah Ta'ala telah mengutus kami untuk mengeluarkan manusia yang Dia kehendaki dari penyembahan terhadap hamba kepada penyembahan terhadap Allah saja, dari kesempitan dunia menuju kelapangan akhirat, dan dari kezaliman agama-agama kepada keadilan Islam,"ujar Rib'iy.

Hanya dengan sikap yang sangat jelas, yaitu iman dan aqidah orang-orang Mukmin yang kuat, dapat tegak menghadapi orang Yahudi, Nasrani, serta kafirin-musyrikin, di tengah-tengah semakin rusaknya aqidah dan iman kaum Mukmin, akibat digerogoti oleh produk-produk Yahudi dan Nasrani, sampai kemudian sebagian diantara orang-orang beriman, ada yang luruh (murtad), akibat mengikuti kebiasaan, tata cara, dan gaya hidup mereka.

Ribi'y bin Amir tidak merasa takut, minder, dan lemah, ketika menghadapi Rustum di istananya yang begitu megah, dan mewah, serta mempesona. Tetapi, Rib'iy tetap dapat menunjukkan sikapnya sebagai Mukmin dengan sangat tegas. Tidak melemah dengan keindahan dunia yang begitu mempesona dimata manusia. Wallalhu'alam.

Dari Pintu Mana Engkau?

oleh Aid Abdullah al-Qarni

Anas Ibnun Nadhr terlihat menghirup udara dalam-dalam pada perang Uhud. Para sahabat bertanya, "Ada apa denganmu?" Dia menjawab, "Aku mencium bau surga di kaki gunung Uhud". Dia terbunuh dengan delapan puluh luka di sekujur tubuhnya, hingga saudara perempuannya sendiripun tidak mengenalinya, kecuali setelah melihat jarinya.
Namun, alangkah bagusnya luka-luka ini, alangkah bagusnya kematian ini, selama ia dialamii jalan Allah. Orang yang tidak mati dalam keadaan shadiq dengan Allah, dia akan mati seperti kematian binatang.
Dalam riwayat yang shahih disebutkan bahwa Abdullah bin Amr al-Anshari meminta Allah melimpahkan keridhaan-Nya dan mengenakan kain kafannya sebelum perang. Dia juga mandi dan memakai parfum. Lalu dia datang ke medan pertempuran.Diambilnya sarung pedang lalu dipatahkannya dengan lutut. Akhirnya dia terbunuh. Ketika anaknya, Jabir, menangis, Rasulullah shallahu alaihi wassalam bersabda :
"Kamu menangis atau tidak, sama saja. Demi allah yang menggenggam jiwaku, hai Jabir, para malaikat terus menaungi ayahmu dengan sayap mereka sampai mereka mengangkatnya. Demi Allah yang menggenggam jiwaku, hai Jabir, sungguh Allah berbicara dengan ayahmu tanpa perantara. Dia berfirman : "Berharaplah! Dia berkata, 'Saya berharap Engkau mengembalikan saya ke dunia agar terbunuh lagi di jalan-Mu. Allah berfirman, Tapi Aku telah menetapkan bahwa yang mati tidak dapat kembali ke dunia lagi. Berharaplah (yang lain!) Dia berkata, 'Saya berharap Engkau ridha kepadaku sebab saya telah ridha kepada-Mu'. Allah berfirman, 'Aku telah memberi keridhaan-Ku kepadamu. Aku tidak akan murka kepadamu selamanya. Lantas Allah meletakkan ruhnya dan ruh para syuhada yang lain di dalam tembolok burung yang datang ke surga dan memakan buah-buahnya serta singga di lampu-lampu yang tergantung di Arsy, hingga Allah mewarisi bumi dan segala penghuninya".
"Dan jangan sekali-kali kamu mengira bahwa orang-orang yang gugur di jalan Allah itu mati, sebenarnya mereka itu hidup, di sisi Tuhannya mendapat rezeki, mereka bergembira dengan karunia yang diberikan Allah kepadanya, dan bergirang hati terhadap orang yang masih tinggal di belakang yang belum menyusul mereka, bahwa tidak ada rasa takut pda mereka dan mereka tidak bersedih hati". (QS : Ali Imran : 169-170)

Rasulullah shallahu alaihi wassalam bersabda dalam hadist yang diriwayatkan oleh Bukhari dan Muslim dari Ubadah Ibnu Shamit :
"Barangsiapa berskasi bahwa tiada Tuhan selain Allah,dan bahwa Muhammad adalah hamba dan pesuruh-Nya, baha Isa adalah hamba Allah dan pesuruh serta kalimah-Nya yag ditiupkan-Nya kepada Maryam serta ruh dari-Nya, bahwa surga adalah benar, dan neraka adalah benar .. maka Allah akan memasukkannya ke surga bagaimanapun amal perbuatannya".

Abu Bakar tidak bertanya, kecuali karena di dalam hatinya ada suatu ganjalan, dan dugaannya tidak meleset, Rasulullah shalahu alaihi wassalam memberi kabar gembira (bahwa dia termasuk orang yang dipanggil masuk surga). Ini karena Abu Bakar mempunyai kemauan yang sangat kuat, yang tidak diketahui kecuali oleh Allah Azza Wa Jalla Sekalipun raganya lemah dan kurus, akan tetapi seperti kata Ibnu Qayyim, "Siapa lagi yang seperti jalanmu yang lembut, kamu berjalan perlahan, tapi datang di barisan pertama".
Artinya, engkau selalu berada dibarisan pertama. Engkau orang pertama yang berzikir, orang pertama yang berjihad, orang pertama yag shadiq, orang pertama yang berdakwah. Engkau persembahkan darah, air mata, keringat, harta benda, dan waktumu kepada Islam. Jadi, mengapa tidak kamu berasa di barisan pertama, hai Abu Bakar, dan masuk surga dari pintu yang mana saja yang kamu kehendaki?
Kita berdo'a semoga termasuk orang-orang yang berdesakan di pintu surga.

"Barangsiapa dijauhkan dari neraka, dan dimasukkan ke dalam surga, sungguh, dia memperoleh kemenangan. Kehidupan dunia hanyalah kesenangan yang memperdaya". (QS : Ali Imran : 185)
"Barangsiapa berwudhu' dengan sempurna lalu berdo'a : Aku bersaksi bahwa tidak ada Tuhan selain Allah dan bahwa Muhammad adalah utusan Allah, niscaya kedelapan pintu surga dibukakan baginya". (HR : Muslim)

Uqbah bin Amir berkata, "Saya menggembalakan unta-unta saya, hingga terlambat pulang. Ketika pulang, saya dapati Rasulullah shallahu alaihi wassalam sedang berkhotbah kepada khalayakk. Saya dengar beliau bersabda :
"Barangsiapa berkata, "Aku ridha dengan Allah sebagai Tuhan, Islam sebagai agama, dan Muhammad sebagai Nabi, maka hak atas Allah untuk membuatnya ridha (puas)'
Mendengar itu, aku langsung berkata : "Bagus sekali ini!" Umar yagn berada disampingku menoleh dan berkata kepadaku, "Sabda yang beliau ucapkan sebelumnya lebih bagus lagi". Setelah Rasulullah shallahu alaihi wassalam selesai berkhotbah, Umar berkata kepadaku, 'Kamu tadi tidak bersama sejak permulaan?' Aku menjawab, "Tidak aku datang dibagian akhir khotbah".
Umar berkata, "Rasulullah shallahu alaihi wassalam, tadi bersabda, "Barangsiapa berwudhu dengan sempurna dan berdoa, 'Aku bersaksi bahwa tidak Tuhan selain Allah dan bahwa Muhammad adlah utusan Allah, niscaya kedelapan pintu surga dibukannya baginya".

Orang pertama masuk surga adalah Muhammad bin Abdullah shallahu alaihi wassalam, Abul Qasim, sebab derajat beliau di surga adalah wasilah. Para ulama berbeda pendapat, apa itu wasilah? Rasulullah bersabda :
"Ia adalah sebuah derajat di surga,tidak diberikan kecuali kepada satu orang hamba. Aku berharap akulah hamba itu". (HR : Tirmidzi).

Yang beliau maksud adalah tempat tertinggi di surga. Ia hanya satu tempat, tidak cukup untuk dua orang, hanya disediakan bagi Rasulullah shallhau alaihi wassalam.
Pintu-pintu surga masih tertutup, sementara manusia berada di Padang Mahsyar. Lalu Rasulullah shallahu alahi wassalam, mendekati pintu dan mengetuk. Penjaga surga, Ridwan, bertanya, "Siapa?" Beliau menjawab, 'Saya Muhammad bin Abdullah, Rasulullah". Ridwan berkata, "Aku diperintahkan untuk tidak membuka pintu surga untuk siapaun sebelum". Kemudian dia membuka pintu.

Dalam shahih Muslim diriwayatkan bahwa Rasulullah shallahu alaihissalam bersabda :
"Aku adalah nabi yang paling banyak pengikutnya di hari kiamat. Dan aku adalah orang pertama yagn mengetuk pintu surga" (HR : Muslim)

Dalam Sunan Ibnu Majjah disebutkan bahwa orang pertama dari kalangan umat ini yang masuk surga adalah Abu Bakar. Jadi, dia adalah orang pertama dari umat Muhammad shallahu alaihi wassalam yang masuk surga.
Dalam hadist yang muttafaq'alaih dai Sahl bin Sa'd, Rasululah shallahu alaihi wassalam bersabda :
"Sungguh akan masuk surga dari umatku tujuh puluh ribu atau tujuh ratus ribu".
Riwayat berikut ini terdapat dalam Shahih Bukhari dan Shahid Muslim :
" .. Tujuh puluh ribu atau tujuh ratus ribu yang saling berpegangan satu sama lain, orang pertama diantara mereka tidak masuk hingga yang terakhir dari mereka masuk. Wajah-wajah mereka seterang bulan purnama". (HR : Bukhari)

Jadi masuk surga adlah dengan cara massal, dalam barisan. Seperti firman-Nya :
"Barangsiapa dijauhkan dari neraka dan dimasukkanke dalam surga, sungguh, dia memperoleh kemenangan". (QS : Ali Imran : 185).

Merekamasuk sesuai tingkatan masing-masing. Orang pertama diantara mereka wajahnya seperti bulan pada tanggal empat belas, yang berikutnya seperti bintang yang bercahaya amat terang seperti mutiara, dan selanjutnya. Mereka yang mendapat kenikmatan surga yang tidak terbetik dalam hati manusia. Wallau'alam.

Alternatif Hifzhul Maal Anti Sistem Dajjal

by. Ihsan Tanjung (www.eramuslim.com)

Masih banyak Muslim yang belum menyadari bahwa dewasa ini Islam dan kaum Muslimin sedang diperangi oleh sebuah sistem komprehensif bernama Sistem Dajjal. Sistem kafir modern telah sedemikian menggurita sehingga tidak ada satupun aspek kehidupan umat manusia kecuali didominasi oleh nilai-nilai kafir Sistem Dajjal. Di dalam buku fenomenalnya yang berjudul “Dajjal – The Anti-Christ” (diterjemahkan dengan judul “Sistem Dajjal”), Ahmad Thomson menulis:
"Dajjal memiliki tiga sisi. Dajjal sebagai oknum. Dajjal sebagai gejala sosial budaya global. Dajjal sebagai kekuatan gaib.
Jelaslah bahwa sebelum si Dajjal sendiri muncul, harus tersedia sistem yang mapan beserta para pengurusnya, yang siap mendukung dan menaati Dajjal. Keberadaan sistem dan para pengurusnya itu, merupakan bukti dari Dajjal sebagai gejala sosial budaya global dan Dajjal sebagai kekuatan gaib. Dilihat dari semua pertanda yang nampak dewasa ini, kedua sisi Dajjal tersebut - yang akan dijelmakan oleh si Dajjal sendiri - sudah sangat kentara, ini berarti kemunculan Dajjal sudah sangat dekat.” (Sistem Dajjal karya Ahmad Thomson – Penerbit Semesta 1998 – hlm. 6)

Selanjutnya beliau menulis:
"Jelaslah bahwa sistem kafir dan kafirun yang menguasai dan meyakini sistem itu, tidak lain adalah perwujudan Dajjal sebagai gejala sosial budaya global dan Dajjal sebagai kekuatan gaib. Sedangkan si Dajjal sendiri akan menjadi puncak penjelmaan dari sistem kafir, gembongnya kafir, maka tak pelak ketika muncul dia akan dinobatkan sebagai pemimpin sistem kafir oleh para kafirun yang menjalankannya. Nabi Muhammad saw bersabda bahwa kufr adalah sebuah sistem. Sistem kafir adalah Dajjal. Maka nyatalah bahwa ketiga sisi Dajjal itu berkaitan dan bersenyawa. Dajjal.
Begitu pula halnya dengan Mahdi, ketika datang ia akan menjadi puncak penjelmaan Islam, yaitu jalannya Nabi Muhammad, tetapi harus segera diingat bahwa ia dibanding Nabi Muhammad saw adalah seumpama setetes air dibanding samudera. Dengan demikian, tak pelak lagi Mahdi akan dikenali dan diterima sebagai pemimpin oleh seluruh Muslim sejati. Nabi Muhammad bersabda bahwa seluruh Muslimin adalah satu tubuh.
Kufr memerangi Islam. Islam memerangi Kufr. Sudah jelas dari hadits bahwa Dajjal akan melawan Mahdi. Mahdi akan melawan Dajjal. Nabi 'Isa as, yang tak disalib tetapi digaibkan oleh Allah dari dunia ini - dan seseorang yang mirip dengan beliau disalib menggantikannya - ketika turun lagi ke bumi ini, akan membinasakan Dajjal beserta seluruh pengikutnya." (“Sistem Dajjal” karya Ahmad Thomson – Penerbit Semesta 1998 – hlm 7)

Setiap Muslim yang sadar pasti merasakan betapa nyatanya apa yang diungkapkan Ahmad Thomson di atas. Berbagai aspek kehidupan umat manusia dewasa ini –tak terkecuali umat Islam- tidak berpedoman kepada Kitabullah Al-Qur’anul Karim dan Sunnah Rasulullah Muhammad صلى الله عليه و سلم . Pedoman kaum kafir yahudi dan nasrani-lah yang diikuti oleh dunia saat ini. Tak terkecuali umat Islam. Padahal jelas-tegas Allah سبحانه و تعالى berfirman:
يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا لا تَتَّخِذُوا الْيَهُودَ وَالنَّصَارَى أَوْلِيَاءَ بَعْضُهُمْ أَوْلِيَاءُ بَعْضٍ وَمَنْ يَتَوَلَّهُمْ مِنْكُمْ فَإِنَّهُ مِنْهُمْ
"Hai orang-orang yang beriman, janganlah kamu mengambil orang-orang Yahudi dan Nasrani menjadi pemimpin-pemimpin (mu); sebahagian mereka adalah pemimpin bagi sebahagian yang lain. Barang siapa di antara kamu mengambil mereka menjadi pemimpin, maka sesungguhnya orang itu termasuk golongan mereka." (QS. Al-Maidah [5] : 51)

Kaum Muslimin diperintahkan Allah سبحانه و تعالى untuk menjadikan Islam sebagai pedoman menyeluruh di dalam segenap aspek kehidupan. Jika menerima sebagian ajaran Islam tetapi menolak sebagian lainnya berarti mengikuti langkah-langkah syetan. Allah berfirman:
يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا ادْخُلُوا فِي السِّلْمِ كَافَّةً وَلا تَتَّبِعُوا خُطُوَاتِ الشَّيْطَانِ إِنَّهُ لَكُمْ عَدُوٌّ مُبِينٌ
"Hai orang-orang yang beriman, masuklah kamu ke dalam Islam secara keseluruhannya, dan janganlah kamu turut langkah-langkah setan. Sesungguhnya setan itu musuh yang nyata bagimu." (QS. Al-Baqarah [2] : 208)

Banyak Muslim merasa tenang dan puas bilamana ia sudah dapat mengerjakan kewajiban sholat, puasa di bulan Ramadhan, bersedekah dan berzakat serta pergi haji dan umroh. Sedangkan dalam urusan berekonomi dan keuangan, sosial, budaya dan hiburan, politik dan bernegara, pendidikan, hukum, pertahanan-keamanan dan militer, mereka tidak pernah risau dan gelisah bahwa berbagai hal tersebut berpedoman kepada peradaban dunia modern yang notabene didomonasi oleh nilai-nilai kafir Sistem Dajjal. Ini berarti kebanyakan Muslim hanya ber-Islam dalam urusan ibadah ritual-formal belaka. Sedangkan berbagai urusan kehidupan lainnya justeru menuruti langkah-langkah syetan. Astaghfirullah al-‘adzhiem...!
Tulisan ini tidak bermaksud untuk membedah keseluruhan aspek kehidupan yang penataannya sedang menyimpang dari ajaran Islam. Apalagi menjelaskan bagaimana solusi Islamnya. Kita ingin meneropong satu saja di antara sekian banyak urusan tersebut. Yaitu bidang keuangan.
Bidang keuangan sistem kafir Sistem Dajjal berfondasikan kepada prinsip dan praktek ribawi. Dalam salah satu tulisannya, seorang pemikir sekaligus praktisi ekonomi Islam Muhaimin Iqbal, menulis sebagai berikut:
Sistem keuangan dunia modern dewasa ini mengandalkan uang kertas yang jelas-jelas menggunakan prinsip haram riba. Realitas sehari-hari kita menunjukkan bahwa proses pemusnahan uang kertas yang mengandung riba tersebut berlangsung setiap saat. Dari hari ke hari, bulan ke bulan, tahun ke tahun, dunia menyaksikan bahwa"uang kertas akan mengalami penurunan nilai karena tidak ada satu negara pun yang bisa mencegah inflasi dari uang kertasnya." (Dinar The Real Money karya Muhaimin Iqbal – penerbit Gema Insani 2009 – hlm. 27)

Al-Qur’an menyebutkan bahwa riba merupakan dosa besar yang bilamana tidak ditinggalkan maka ancaman atas pelakunya ialah berupa diperangi oleh Allah dan Rasul-Nya. Laa haula wa laa quwwata illa billah...!
يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا اتَّقُوا اللَّهَ وَذَرُوا مَا بَقِيَ مِنَ الرِّبَا إِنْ كُنْتُمْ مُؤْمِنِينَ فَإِنْ لَمْ تَفْعَلُوا فَأْذَنُوا بِحَرْبٍ مِنَ اللَّهِ وَرَسُولِهِ
"Hai orang-orang yang beriman, bertakwalah kepada Allah dan tinggalkan sisa riba (yang belum dipungut) jika kamu orang-orang yang beriman. Maka jika kamu tidak mengerjakan (meninggalkan sisa riba), maka ketahuilah, bahwa Allah dan Rasul-Nya akan memerangimu."(QS. Al-Baqarah [2] : 278-279)

Selanjutnya Muhaimin Iqbal menulis:
"... uang kertas yang tidak bisa dipisahkan dari riba pasti hancur karena Allah sendiri yang berjanji akan memusnahkannya (al-Baqarah 276). Yang kita juga tidak tahu adalah kapan uang kertas ini akan musnah. Bahkan spekulan masa kini George Soros dan juga futurolog masa kini seperti John Naisbitt pun meyakini akan berakhirnya dominasi mata uang kertas ini." (Dinar The Real Money karya Muhaimin Iqbal – penerbit Gema Insani 2009 – hlm. 22)
Allah سبحانه و تعالى berfirman:
يَمْحَقُ اللَّهُ الرِّبَا وَيُرْبِي الصَّدَقَاتِ وَاللَّهُ لا يُحِبُّ كُلَّ كَفَّارٍ أَثِيمٍ
"Allah memusnahkan riba dan menyuburkan sedekah. Dan Allah tidak menyukai setiap orang yang tetap dalam kekafiran, dan selalu berbuat dosa." (QS. Al-Baqarah [2] : 276)

Lalu bagaimana jalan keluarnya? Apakah solusi hanya baru akan muncul saat khilafah sudah tegak? Tidak mungkinkah sebelum itu kaum Muslimin mengupayakan sesuatu sebagai langkah minimal menghindari sistem keuangan zalim dan batil Sistem Dajjal?
Saudaraku, perlu diketahui bahwa salah satu dari lima hak asasi seorang Muslim ialah hifzhul-maal (memelihara harta/kemakmuran). Seorang Muslim tidak dibenarkan untuk berlaku zalim terhadap harta orang lain tetapi sekaligus tidak boleh merelakan hartanya dizalimi orang lain. Sedangkan riba merupakan suatu praktek yang pasti melahirkan kezaliman. Itulah sebabnya dipenghujung ayat mengenai keharusan meninggalkan riba Allah سبحانه و تعالى berfirman:
لا تَظْلِمُونَ وَلا تُظْلَمُونَ
"...kamu tidak (boleh) menganiaya dan tidak (pula) dianiaya." (QS. Al-Baqarah [2] : 279)

Uang kertas yang saat ini menjadi alat tukar sekaligus tolok ukur kemakmuran seseorang sungguh merupakan sebuah ilusi produk Sistem Dajjal. Sebab bila seseorang menyangka bahwa ia dapat menyimpan hartanya dengan cara menabung uang kertasnya sungguh ia akan mengalami kerugian secara jangka panjang. Mengapa? Karena nilai uangnya akan kian menyusut dari tahun ke tahun disebabkan adanya inflasi. Tabungan berupa uang kertas seperti ini dikategorikan sebagai Wealth Reducing Assets (aset yang menggerogoti kemakmuran anda). Kok ada jenis aset yang malah menggerogoti kemakmuran?
"Ilustrasinya begini, bila Anda sekarang memiliki uang Rp 5,000,- uang tersebut dapat Anda belikan beras 1 kg yang dapat untuk konsumsi Anda sekeluarga dalam dua hari. Bila uang Anda tersebut tidak dibelikan beras sekarang, disimpan dengan jumlah yang sama –maka 4 tahun lagi uang yang samatersebut hanya cukup untuk membeli 0.5 kg beras – yang hanya cukup untuk konsumsi 1 hari. Jadi dalam hal ini uang kertas yang Anda pegang/simpan saja – menjadiWealth Reducing Assetatau aset yang mengurangi kemakmuran Anda.

Tidak hanya Rupiah, hal yang sama terjadi pada Dollar. Bila US$ 1 sekaranghampir cukup untuk membeli 1 liter bensin di pom-pom bensin asing yang kini marak di jabodetabek, lima tahun lagi uang Dollar yang sama tidak akan cukup untuk membeli 1/2 liter bensin. Jadi Dollar Anda juga termasuk kategoriWealth Reducing Asset." (Ayo Berdagang! karya Muhaimin Iqbal – Penerbit Republika 2011 – hlm. 17)
Jadi, sungguh naif bila seorang Muslim mengandalkan upaya pemeliharaan kemakmurannya dengan menabung dalam bentuk uang kertas. Itu sama artinya bahwa ia rela dizalimi oleh sistem keuangan Sistem Dajjal.
Untuk itu ada aset jenis kedua, yaitu Wealth Preserving Assets (aset yang mampu mempertahankan kemakmuran anda). Tetapi ia sekadar mampu menjaga tingkat kemakmuran yang sama bila aset itu anda pegang atau simpan. Contoh jenis aset ini ialah rumah, emas atau dinar.
Bila Anda simpan emas atau Dinar Anda kapanpun meski nilainya dalam Rupiah menjadi berlipat-lipat – tetap tidak akan mampu meningkatkan kemakmuran Anda. Dinar atau emas hanya akan mampu mempertahankan kemakmuran Anda – sebagai Wealth Preserving Assets– karena satu Dinar Anda tetap setara satu ekor kambing selama lebih dari 1400 tahun.
Namun aset jenis ini jauh lebih baik daripada anda hidup dalam ilusi dimana anda menyangka sedang menyimpan harta melalui tabungan uang kertas yang semakin bertambah padahal pada hakikatnya kemakmuran anda kian menyusut...!

Sudahkah anda beralih dari tabungan uang kertas menjadi tabungan berupa koin Dinar? Bila belum, maka segera lakukanlah sebelum kemakmuran anda -berupa tabungan uang kertas- habis digerogoti oleh Sistem Dajjal. Memang, dengan menyimpan Dinar bukan berarti anda dapat memperbanyak kemakmuran, tetapi setidaknya anda telah memproteksi harta anda dari tangan-tangan zalim Sistem Dajjal.
Bila memegang Rupiah atau Dollar membuat kemakmuran berkurang, memegang emas atau Dinar membuat kemakmuran bertahan – lantas aset dalam bentuk apa yang bisa kita pegang yang membuat kemakmuran meningkat ?
Untuk itulah dikenal adanya Wealth Producing Assets (aset yang meningkatkan kemakmuran anda). Untuk itu Muhaimin Iqbal mengusulkan dua solusi:
Pertama, adalah aset-aset Anda dijadikan aset yang memang tumbuh atau bertambah secara fisik atau bertambah secara significant nilainya – sehingga mampu mengalahkan inflasi,seperti menanam pohon, memelihara kambing, memproduksi kerajinan, memproses berbagai bahan baku menjadi produk jadi yang bernilai lebih dlsb.
Kedua, adalah aset Anda dijadikan modal yang terus berputar.Kalau aset Anda berputar seminggu sekali saja dengan hasil bersih 1%, pertumbuhan aset Anda sudah akan seperti pertumbuhan aset Abdurrahman bin Auf. Jadi Aset yang digunakan untuk menumbuhkan benda riil, men-createnilai tambah atau terus berputar sebagai modal adalah aset yang akan menjadiWealth Producing Assets– atau aset-aset yang akan meningkatkan kemakmuran Anda. Ilustrasi grafik dibawah menggambarkan hal ini secara lebih jelas. (Ayo Berdagang! karya Muhaimin Iqbal – Penerbit Republika 2011 – hlm. 18)

Tragedi Aqidah: Terseret Arus Upacara Agama Lain

Khutbah Jum'at
oleh Hartono Ahmad Jaiz

إِنَّ الْحَمْدَ لِلَّهِ نَحْمَدُهُ وَنَسْتَعِيْنُهُ وَنَسْتَغْفِرُهْ وَنَعُوذُ بِاللهِ مِنْ شُرُوْرِ أَنْفُسِنَا وَمِنْ سَيِّئَاتِ أَعْمَالِنَا، مَنْ يَهْدِهِ اللهُ فَلاَ مُضِلَّ لَهُ وَمَنْ يُضْلِلْهُ فَلاَ هَادِيَ لَهُ. وَأَشْهَدُ أَنْ لاَ إِلَهَ إِلاَّ اللهُ وَحْدَهُ لاَ شَرِيْكَ لَهُ وَأَشْهَدُ أَنَّ مُحَمَّدًا عَبْدُهُ وَرَسُوْلُهُ. يَا أَيُّهَا النَّاسُ أُوْصِيْكُمْ وَإِيَّايَ بِتَقْوَى اللهِ فَقَدْ فَازَ الْمُتَّقُوْنَ. قَالَ تَعَالَى: يَا أَيُّهاَ الَّذِيْنَ ءَامَنُوا اتَّقُوا اللهَ حَقَّ تُقَاتِهِ وَلاَ تَمُوْتُنَّ إِلاَّ وَأَنتُمْ مُّسْلِمُوْنَ. قَالَ تَعَالَى: يَا أَيُّهَا النَّاسُ اتَّقُوْا رَبَّكُمُ الَّذِيْ خَلَقَكُمْ مِّنْ نَفْسٍ وَاحِدَةٍ وَخَلَقَ مِنْهَا زَوْجَهَا وَبَثَّ مِنْهُمَا رِجَالاً كَثِيْرًا وَنِسَآءً وَاتَّقُوا اللهَ الَّذِيْ تَسَآءَلُوْنَ بِهِ وَاْلأَرْحَامَ إِنَّ اللهَ كَانَ عَلَيْكُمْ رَقِيْبًا. يَا أَيُّهَا الَّذِيْنَ ءَامَنُوا اتَّقُوا اللهَ وَقُوْلُوْا قَوْلاً سَدِيْدًا. يُصْلِحْ لَكُمْ أَعْمَالَكُمْ وَيَغْفِرْ لَكُمْ ذُنُوْبَكُمْ وَمَنْ يُطِعِ اللهَ وَرَسُوْلَهُ فَقَدْ فَازَ فَوْزًا عَظِيْمًا.
أَمَّا بَعْدُ؛ فَإِنَّ أَصْدَقَ الْحَدِيثِ كِتَابُ اللهَ، وَخَيْرَ الْهَدْيِ هَدْيُ مُحَمَّدٍ صَلَّى الله عَلَيْهِ وَسَلَّمَ وَشَّرَ الأُمُورِ مُحْدَثَاتُهَا وَكُلَّ مُحْدَثَةٍ بِدْعَةٌ وَكُلَّ بِدْعَةٍ ضَلاَلَةٌ وَكُلَّ ضَلاَلَةٍ فِي النَّارِ.
اَللَّهُمَّ صَلِّ وَسَلِّمْ عَلَى نَبِيِّنَا مُحَمَّدٍ وَعَلَى آلِهِ وَصَحْبِهِ وَمَنْ تَبِعَهُمْ بِإِحْسَانٍ إِلَى يَوْمِ الْقِيَامَةِ.

Jama’ah Jum’ah rahimakumullah, marilah kita bersyukur kepada Allah Subhanahu wa Ta’ala yang telah berkenan memberikan berbagai keni’matan bahkan hidayah kepada kita.
Shalawat dan salam semoga Allah tetapkan untuk Nabi Muhammad shallallahu ‘alaihi wa sallam, keluarganya, para sahabatnya, dan para pengikutnya yang setia dengan baik sampai akhir zaman.
Jama’ah Jum’ah rahimakumullah, mari kita senantiasa bertaqwa kepada Allah dengan sebenar-benar taqwa, menjalani perintah-perintah Allah sekuat kemampuan kita, dan menjauhi larangan-laranganNya.
Jama’ah Jum’ah rahimakumullah, dalam kesempatan yang mulia ini akan kami kemukakan tentang Tragedi Aqidah: Terseret Arus Upacara Agama Lain.

Allah Ta’ala berfirman:
{ يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا اتَّقُوا اللَّهَ حَقَّ تُقَاتِهِ وَلا تَمُوتُنَّ إِلا وَأَنْتُمْ مُسْلِمُونَ (102) }
"Hai orang-orang yang beriman, bertakwalah kepada Allah sebenar-benar takwa kepada-Nya; dan janganlah sekali-kali kamu mati melainkan dalam Keadaan beragama Islam." (QS. Ali Imran [3] : 102)
Dalam Tafsir al-Muyassar dijelaskan: Wahai orang-orang yang beriman, yakinilah Allah dan rasul-Nya, dan kerjakanlah syari’at-Nya, takutlah Allah dengan sebenar-benar takut kepada-Nya. Hal itu hendaknya Allah itu ditaati maka jangan dimaksiati, disyukuri jangan dikufuri, diingat jangan dilupakan. Dan tetaplah senantiasa memegangi Islam sampai akhir hayat, agar kalian berjumpa Allah sedang kalian dalam keadaan Islam. (Dr Abdullah bin Abdul Muhsin At-Turki, Tafsir Al-Muyassar, 1/ halaman 401)
Artinya mengikhlaskan jiwa untuk Allah Ta’ala saja, jangan kalian menjadikan adanya sekutu dengan lainnya sama sekali… maksudnya, jangan sekali-kali kalian mati dalam satu keadaan pun kecuali dalam keadaan Islammu benar-benar dan kamu tetap atas Islam itu. (Tafsir Abis Su’ud juz 1 hal 428).
Islam yang benar dan sama sekali tidak dicampuri kemusyrikan itulah yang wajib kita pertahankan sampai mati. Oleh karena itu kapan pun kita tidak boleh melakukan kemusyrikan, karena kita tidak tahu kapan kita mati. Betapa celakanya bila seseorang sedang menjalankan kemusyrikan, dan saat itu juga dia mati. Ini yang sangat harus dihindari. Sehingga sangat rugilah orang yang tidak menjaga Islamnya. Secara ringan dan tidak merasa beban apa-apa bahkan mungkin bangga, padahal yang dilakukan adalah mencemplungkan diri ke kemusyrikan. Misalnya mengikuti atau terlibat dalam upacara agama lain, seperti upacara natalan, tahun baru Masehi untuk merayakan agama lain dan sebagainya. Upacara kemusyrikan larung laut, larung sesaji dan sebagainya. Itu semua adalah kemusyrikan, dosa paling besar yang tidak diampuni oleh Allah Ta’ala bila sampai mati belum bertaubat dengan sebenar-benar taubat.
Ketika terlibat dalam upacara perayaan agama lain bukan Islam, maka ada dua bahaya sekaligus.
Pertama, terlibat dalam upacara perayaan agama lain itu sama dengan terlibat kemusyrikan, dosa terbesar, tidak diampuni oleh Allah Ta’ala, kecuali bertaubat dengan taubat yang sebenar-benarnya dan tidak mau mengulanginya lagi.
Kedua, kalau sampai punya keyakinan bahwa perayaan agama lain berupa kemusyrikan ataupun kekafiran itu diyakini bukan kekafiran, maka bisa-bisa menjadikan kafir. Hal itu sebagaimana dijelaskan dalam fatwa Lajnah Daaimah Saudi Arabia tentang Propaganda Pluralisme Agama pada poin kelima:
Di antara kaidah dasar agama Islam adalah wajib meyakini kekufuran orang-orang yang menolak memeluk Islam dari kalangan Yahudi, Nasrani maupun yang lainnya. Wajib menamai mereka kafir, meyakini bahwa mereka adalah musuh Allah, rasulNya dan kaum mukminin serta meyakini bahwa mereka adalah penduduk Neraka, sebagaimana firman Allahsubhanahu wa ta’ala:
لَمْ يَكُنِ الَّذِينَ كَفَرُوا مِنْ أَهْلِ الْكِتَابِ وَالْمُشْرِكِينَ مُنْفَكِّينَ حَتَّى تَأْتِيَهُمُ الْبَيِّنَة ُ(1)
"Orang-orang kafir yakni ahli kitab dan orang-orang musyrik (mengatakan bahwa mereka) tidak akan meninggalkan (agamanya) sebelum datang kepada mereka bukti yang nyata." (QS. Al-Bayyinah [2] : 1)
Dan firman Allah subhanahu wa ta’ala:
إِنَّ الَّذِينَ كَفَرُوا مِنْ أَهْلِ الْكِتَابِ وَالْمُشْرِكِينَ فِي نَارِ جَهَنَّمَ خَالِدِينَ فِيهَا أُولَئِكَ هُمْ شَرُّ الْبَرِيَّةِ (6)
"Sesungguhnya orang-orang kafir yakni ahli kitab dan orang-orang musyrik (akan masuk) ke naar Jahannam; mereka kekal di dalamnya. Mereka itu adalah seburuk-buruk makhluk." (QS. Al-Bayyinah [2] : 6)
Dan yang tersebut dalam ayat-ayat lainnya.
Dalam Shahih Muslim diriwayatkan bahwa rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda:
{ وَاَلَّذِي نَفْسِي بِيَدِهِ لاَ يَسْمَعُ بِي أَحَدٌ مِنْ هَذِهِ الأُمَّةِ يَهُودِيٌّ أَوْ نَصْرَانِيٌّ ثُمَّ يَمُوتُ وَلَمْ يُؤْمِنْ بِاَلَّذِي أُرْسِلْت بِهِ إلاَّ كَانَ مِنْ أَصْحَابِ النَّارِ }
"Demi Dzat yang jiwaku berada di tanganNya, tidak ada seorangpun dari umat manusia yang mendengar kerasulanku, baik ia seorang Yahudi maupun Nasrani lalu mati dalam keadaan belum beriman kepada ajaran yang kubawa melainkan ia pasti termasuk penduduk Neraka." (HR. Muslim)
Oleh karena itu pula barangsiapa tidak mengkafirkan Yahudi dan Nasrani maka dia kafir. Sebagai konsekuensi kaidah syariat:
“Barangsiapa tidak mengkafirkan orang kafir maka ia kafir” (Fatwa Lajnah Daimah No : 19402 tertanggal 25/1/1418 H, Tentang Propaganda Pluralisme Agama poin ke lima).
Allah Ta’ala telah memberi tuntunan dengan jelas:
قَدْ كَانَتْ لَكُمْ أُسْوَةٌ حَسَنَةٌ فِي إِبْرَاهِيمَ وَالَّذِينَ مَعَهُ إِذْ قَالُوا لِقَوْمِهِمْ إِنَّا بُرَآَءُ مِنْكُمْ وَمِمَّا تَعْبُدُونَ مِنْ دُونِ اللَّهِ كَفَرْنَا بِكُمْ وَبَدَا بَيْنَنَا وَبَيْنَكُمُ الْعَدَاوَةُ وَالْبَغْضَاءُ أَبَدًا حَتَّى تُؤْمِنُوا بِاللَّهِ وَحْدَهُ [الممتحنة/4]
"Sesungguhnya telah ada suri tauladan yang baik bagimu pada Ibrahim dan orang-orang yang bersama dengan dia; ketika mereka berkata kepada kaum mereka, 'Sesungguhnya Kami berlepas diri daripada kamu dan dari apa yang kamu sembah selain Allah, kami ingkari (kekafiran)mu dan telah nyata antara kami dan kamu permusuhan dan kebencian buat selama-lamanya sampai kamu beriman kepada Allah saja'." (QS. Mumtahanah [60] : 4)
Dalam praktek, yang dipuji oleh Allah Subhanahu wa Ta’ala adalah praktek Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam bersama para sahabatnya:
مُحَمَّدٌ رَسُولُ اللَّهِ وَالَّذِينَ مَعَهُ أَشِدَّاءُ عَلَى الْكُفَّارِ رُحَمَاءُ بَيْنَهُمْ تَرَاهُمْ رُكَّعًا سُجَّدًا يَبْتَغُونَ فَضْلًا مِنَ اللَّهِ وَرِضْوَانًا سِيمَاهُمْ فِي وُجُوهِهِمْ مِنْ أَثَرِ السُّجُودِ ذَلِكَ مَثَلُهُمْ فِي التَّوْرَاةِ وَمَثَلُهُمْ فِي الْإِنْجِيلِ كَزَرْعٍ أَخْرَجَ شَطْأَهُ فَآَزَرَهُ فَاسْتَغْلَظَ فَاسْتَوَى عَلَى سُوقِهِ يُعْجِبُ الزُّرَّاعَ لِيَغِيظَ بِهِمُ الْكُفَّارَ وَعَدَ اللَّهُ الَّذِينَ آَمَنُوا وَعَمِلُوا الصَّالِحَاتِ مِنْهُمْ مَغْفِرَةً وَأَجْرًا عَظِيمًا [الفتح/29]
"Muhammad itu adalah utusan Allah dan orang-orang yang bersama dengan dia adalah keras terhadap orang-orang kafir, tetapi berkasih sayang sesama mereka. Kamu lihat mereka ruku' dan sujud mencari karunia Allah dan keridhaan-Nya, tanda-tanda mereka tampak pada muka mereka dari bekas sujud [1406]. Demikianlah sifat-sifat mereka dalam Taurat dan sifat-sifat mereka dalam Injil, yaitu seperti tanaman yang mengeluarkan tunasnya maka tunas itu menjadikan tanaman itu kuat lalu menjadi besarlah dia dan tegak lurus di atas pokoknya; tanaman itu menyenangkan hati penanam-penanamnya karena Allah hendak menjengkelkan hati orang-orang kafir (dengan kekuatan orang-orang mukmin). Allah menjanjikan kepada orang-orang yang beriman dan mengerjakan amal yang saleh di antara mereka ampunan dan pahala yang besar." (QS. Al-fath [48] : 29)
[1406] Maksudnya: pada air muka mereka kelihatan keimanan dan kesucian hati mereka.
Pensifatan dari Allah Ta’ala: Muhammad itu adalah utusan Allah dan orang-orang yang bersama dengan dia adalah keras terhadap orang-orang kafir, tetapi berkasih sayang sesama mereka Ini tentunya adalah untuk diikuti. Karena Allah Ta’ala berfirman:
قُلْ إِنْ كُنْتُمْ تُحِبُّونَ اللَّهَ فَاتَّبِعُونِي يُحْبِبْكُمُ اللَّهُ وَيَغْفِرْ لَكُمْ ذُنُوبَكُمْ وَاللَّهُ غَفُورٌ رَحِيمٌ (31) قُلْ أَطِيعُوا اللَّهَ وَالرَّسُولَ فَإِنْ تَوَلَّوْا فَإِنَّ اللَّهَ لَا يُحِبُّ الْكَافِرِينَ [آل عمران/31، 32]
"Katakanlah (Muhammad), 'Jika kamu (benar-benar) mencintai Allah, maka ikutilah aku, niscaya Allah mengasihi dan mengampuni dosa-dosamu.' Allah Maha Pengampun lagi Maha Penyayang.Katakanlah, 'Ta'atilah Allah dan Rasul-Nya; jika kamu berpaling, Maka Sesungguhnya Allah tidak menyukai orang-orang kafir'." (QS. Ali ‘Imran [3] : 31-32)
Maka ikutilah aku artinya ikutilah Nabi Muhammad shallallahu ‘alaihi wa sallam dan berimanlah kepadanya secara lahir maupun batin. (lihat tafsir al-Muyassar juz 1 halaman 330)
Sehingga Allah menegaskan:
مَنْ يُطِعِ الرَّسُولَ فَقَدْ أَطَاعَ اللَّهَ وَمَنْ تَوَلَّى فَمَا أَرْسَلْنَاكَ عَلَيْهِمْ حَفِيظًا [النساء/80]
"Barangsiapa yang mentaati Rasul itu, Sesungguhnya ia telah mentaati Allah. dan Barangsiapa yang berpaling (dari ketaatan itu), maka Kami tidak mengutusmu untuk menjadi pemelihara bagi mereka [321]." (QS. An-Nisaa’ [4] : 80)
[321] Rasul tidak bertanggung jawab terhadap perbuatan-perbuatan mereka dan tidak menjamin agar mereka tidak berbuat kesalahan.
Hal itu masih pula ditegaskan dalam sabda Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam:
"… عَلَيْكُمْ بِسُنَّتِي وَسُنَّةِ الْخُلَفَاءِ الرَّاشِدِينَ بَعْدِي تَمَسَّكُوا بِهَا وَعَضُّوا عَلَيْهَا بِالنَّوَاجِذِ وَإِيَّاكُمْ وَمُحْدَثَاتِ الْأُمُورِ فَإِنَّ كُلَّ مُحْدَثَةٍ بِدْعَةٌ وَكُلَّ بِدْعَةٍ ضَلَالَةٌ
" أَخْرَجَهُ أَحْمَدُ وَأَبُو دَاوُد وَابْنُ مَاجَهْ وَالتِّرْمِذِيُّ وَصَحَّحَهُ الْحَاكِمُ وَقَالَ عَلَى شَرْطِ الشَّيْخَيْنِ
"…hendaklah kalian berpegang dengan sunnahku, dan sunnah para khalifah yang lurus dan mendapat petunjuk, berpegang teguhlah dengannya dan gigitlah dengan gigi geraham. Jauhilah oleh kalian perkara-perkara baru (dalam urusan agama), sebab setiap perkara yang baru adalah bid'ah dan setaip bid'ah adalah sesat." (HR. Abu Daud 3991, Ahmad, Ibnu Majah, At-Tirmidzi dan dishahihkan Al-hakim dengan syarat Bukhari dan Muslim).
Ayat dan hadits telah sejelas itu menunjukkannya. Maka apabila ada orang-orang bahkan golongan yang mengaku Muslim namun justru berkasih sayang dengan kafirin, atau terlibat atau ikut upacara agama kafirin, maka hal itu jelas berbalikan dengan ayat dan hadits. Dikhawatirkan, hal itu termasuk yang menentang Allah dan Rasul-Nya serta tidak mengikuti jalan orang-orang mu’min. Ancamannya adalah jahannam.
Allah Ta’ala berfirman:
وَمَنْ يُشَاقِقِ الرَّسُولَ مِنْ بَعْدِ مَا تَبَيَّنَ لَهُ الْهُدَى وَيَتَّبِعْ غَيْرَ سَبِيلِ الْمُؤْمِنِينَ نُوَلِّهِ مَا تَوَلَّى وَنُصْلِهِ جَهَنَّمَ وَسَاءَتْ مَصِيرًا [النساء/115]
"Dan Barangsiapa yang menentang Rasul sesudah jelas kebenaran baginya, dan mengikuti jalan yang bukan jalan orang-orang mukmin, Kami biarkan ia leluasa terhadap kesesatan yang telah dikuasainya itu dan Kami masukkan ia ke dalam Jahannam, dan Jahannam itu seburuk-buruk tempat kembali." (QS. An-Nisaa’ [4] : 115)
Imam As-Sa’di dalam tafsirnya menjelaskan,
{ وَيَتَّبِعْ غَيْرَ سَبِيلِ الْمُؤْمِنِينَ }
Dan mengikuti jalan yang bukan jalan orang-orang mukmin, (yang dimaksud) jalan orang mukmin yaitu jalan kaum mukmin dalam aqidah (keyakinan) dan amal-amalnya.
Dari penjelasan itu, setiap jalan yang tidak sesuai dengan aqidah dan amaliyah mukiminin maka bukan jalan orang mukmin, maka wajib dihindari. Karena kalau diikuti maka Allah telah mengancamnya dengan ungkapan: Kami biarkan ia leluasa terhadap kesesatan yang telah dikuasainya itu dan Kami masukkan ia ke dalam Jahannam, dan Jahannam itu seburuk-buruk tempat kembali.
Termasuk bukan jalan orang mukmin yang jelas-jelas nyata adalah perayaan natal dan tahun baru Masehi serta apa saja yang jadi ciri khas agama kekafiran.
Sebuah pepatah mengatakan, sesal dahulu pendapatan, sesal kemudian tak berguna. Dapat dimaknakan, di dunia ini apabila menyesali perbuatannya yang salah dengan bertaubat benar-benar, maka insya Allah taubatnya itu bermanfaat. Namun bila ajal telah tiba, sedang dosa kemusyrikan yang dilakukan tidak sempat ditobati, maka tidak diampuni. Karena Allah berfirman:
إِنَّ اللَّهَ لَا يَغْفِرُ أَنْ يُشْرَكَ بِهِ وَيَغْفِرُ مَا دُونَ ذَلِكَ لِمَنْ يَشَاءُ وَمَنْ يُشْرِكْ بِاللَّهِ فَقَدِ افْتَرَى إِثْمًا عَظِيمًا [النساء/48]
"Sesungguhnya Allah tidak akan mengampuni dosa syirik, dan Dia mengampuni segala dosa yang selain dari (syirik) itu, bagi siapa yang dikehendaki-Nya. Barangsiapa yang mempersekutukan Allah, maka sungguh ia telah berbuat dosa yang besar." (QS. An-Nisaa’ [4] : 48)

Sebegitu dahsyatnya dampak buruk akibat mengikuti hawa nafsu, hingga ikut-ikutan mencemplungkan diri terlibat dalam upacara agama lain yang sangat membahayakan aqidah Islam. Maka berbahagialah bagi Ummat Islam yang senantiasa menjaga keimanannya dengan tetap teguh mengikuti tuntunan Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam secara istiqomah, taat dan konsekuen serta konsisten. Semua itu sangat perlu kesabaran, ketabahan dan kepasrahan kepada Allah Ta’ala bahkan perjuangan di jalan Allah. Sehingga Allah Ta’ala akan menghitungnya sebagai amal shaleh karena keteguhannya dalam menghadapi musuh Allah atau kafirin. Dalam perjuangan di jalan Allah, menjadikan marahnya atau sedihnya orang kafir itu adalah dihitung pahala.

وَلَا يَطَئُونَ مَوْطِئًا يَغِيظُ الْكُفَّارَ وَلَا يَنَالُونَ مِنْ عَدُوٍّ نَيْلًا إِلَّا كُتِبَ لَهُمْ بِهِ عَمَلٌ صَالِحٌ إِنَّ اللَّهَ لَا يُضِيعُ أَجْرَ الْمُحْسِنِينَ [التوبة/120]
"…dan tidak (pula) menginjak suatu tempat yang membangkitkan amarah orang-orang kafir, dan tidak menimpakan sesuatu bencana kepada musuh, melainkan dituliskanlah bagi mereka dengan yang demikian itu suatu amal saleh. Sesungguhnya Allah tidak menyia-nyiakan pahala orang-orang yang berbuat baik." (QS. At-Taubah [9] : 120)

Marilah kita benar-benar menjaga diri dan keluarga dari bahaya dosa besar kemusyrikan yang kini dianggap remeh temeh bahkan dianggap tidak ada masalah itu. Dan semoga Allah Ta’ala memberikan hidayah dan taufiq-Nya kepada Ummat Islam ini agar memahami betapa bahayanya kemusyrikan yang berlangsung di mana-mana itu, dan semoga mampu menghindarinya benar-benar.
Amien ya Rabbal ‘alamien.

بَارَكَ اللهُ لِيْ وَلَكُمْ فِي الْقُرْآنِ الْعَظِيْمِ، وَنَفَعَنِيْ وَإِيَّاكُمْ بِمَا فِيْهِ مِنَ اْلآيَاتِ وَالذِّكْرِ الْحَكِيْمِ. أَقُوْلُ قَوْلِيْ هَذَا وَأَسْتَغْفِرُ اللهَ الْعَظِيْمَ لِيْ وَلَكُمْ وَلِسَائِرِ الْمُسْلِمِيْنَ وَالْمُسْلِمَاتِ فَاسْتَغْفِرُوْهُ إِنّهُ هُوَ الْغَفُوْرُ الرّحِيْمِ.

Khutbah Kedua

إِنَّ الْحَمْدَ لِلَّهِ نَحْمَدُهُ وَنَسْتَعِيْنُهُ وَنَسْتَغْفِرُهْ وَنَعُوذُ بِاللهِ مِنْ شُرُوْرِ أَنْفُسِنَا وَمِنْ سَيِّئَاتِ أَعْمَالِنَا، مَنْ يَهْدِهِ اللهُ فَلاَ مُضِلَّ لَهُ وَمَنْ يُضْلِلْ فَلاَ هَادِيَ لَهُ. أَشْهَدُ أَنْ لاَ إِلَهَ إِلاَّ اللهُ وَحْدَهُ لاَ شَرِيْكَ لَهُ وَأَشْهَدُ أَنَّ مُحَمَّدًا عَبْدُهُ وَرَسُوْلُهُ صَلَّى اللهُ عَلَى نَبِيِّنَا مُحَمَّدٍ وَعَلَى آلِهِ وَأَصْحَابِهِ وَسَلَّمَ تَسْلِيْمًا كَثِيْرًا. قَالَ تَعَالَى: يَا أَيُّهاَ الَّذِيْنَ ءَامَنُوا اتَّقُوا اللهَ حَقَّ تُقَاتِهِ وَلاَ تَمُوْتُنَّ إِلاَّ وَأَنتُمْ مُّسْلِمُوْنَ. قَالَ تَعَالَى: {وَمَن يَتَّقِ اللهَ يَجْعَل لَّهُ مَخْرَجًا} وَقَالَ: {وَمَن يَتَّقِ اللهَ يُكَفِّرْ عَنْهُ سَيِّئَاتِهِ وَيُعْظِمْ لَهُ أَجْرًا}
ثُمَّ اعْلَمُوْا فَإِنَّ اللهَ أَمَرَكُمْ بِالصَّلاَةِ وَالسَّلاَمِ عَلَى رَسُوْلِهِ فَقَالَ: {إِنَّ اللهَ وَمَلاَئِكَتَهُ يُصَلُّوْنَ عَلَى النَّبِيِّ، يَا أَيُّهاَ الَّذِيْنَ ءَامَنُوْا صَلُّوْا عَلَيْهِ وَسَلِّمُوْا تَسْلِيْمًا}.
اَللَّهُمَّ صَلِّ عَلَى مُحَمَّدٍ وَعَلَى آلِ مُحَمَّدٍ كَمَا صَلَّيْتَ عَلَى إِبْرَاهِيْمَ وَعَلَى آلِ إِبْرَاهِيْمَ، إِنَّكَ حَمِيْدٌ مَجِيْدٌ. وَبَارِكْ عَلَى مُحَمَّدٍ وَعَلَى آلِ مُحَمَّدٍ كَمَا بَارَكْتَ عَلَى إِبْرَاهِيْمَ وَعَلَى آلِ إِبْرَاهِيْمَ، إِنَّكَ حَمِيْدٌ مَجِيْدٌ. اَللَّهُمَّ اغْفِرْ لِلْمُسْلِمِيْنَ وَالْمُسْلِمَاتِ، وَالْمُؤْمِنِيْنَ وَالْمُؤْمِنَاتِ اْلأَحْيَاءِ مِنْهُمْ وَاْلأَمْوَاتِ، إِنَّكَ سَمِيْعٌ قَرِيْبٌ. اَللَّهُمَّ أَرِنَا الْحَقَّ حَقًّا وَارْزُقْنَا اتِّبَاعَهُ، وَأَرِنَا الْبَاطِلَ باَطِلاً وَارْزُقْنَا اجْتِنَابَهُ. رَبَّنَا آتِنَا فِي الدُّنْيَا حَسَنَةً وَفِي الآخِرَةِ حَسَنَةً وَقِنَا عَذَابَ النَّارِ. رَبَّنَا هَبْ لَنَا مِنْ أَزْوَاجِنَا وَذُرِّيَّاتِنَا قُرَّةَ أَعْيُنٍ وَاجْعَلْنَا لِلْمُتَّقِينَ إِمَامًا. سُبْحَانَ رَبِّكَ رَبِّ الْعِزَّةِ عَمَّا يَصِفُوْنَ، وَسَلاَمٌ عَلَى الْمُرْسَلِيْنَ وَالْحَمْدُ لِلَّهِ رَبِّ الْعَالَمِيْنَ.
وَصَلَّى اللهُ عَلَى مُحَمَّدٍ وَعَلَى آلِهِ وَصَحْبِهِ وَسَلَّمَ. وَأَقِمِ الصَّلاَةَ.

Mohon Maaf

Assalamu'alaykum, Di hari yang mulia ini Di hari yang telah lalu dan yang akan datang Mohon maaf atas segala salah dan khilaf Mohon maaf...